JAKARTA, PostingNews.id — Kalau pejabat lain biasanya memilih klarifikasi halus dan konferensi pers yang penuh kalimat diplomatis, Wamenhaj Dahnil Anzar Simanjuntak justru memilih jalan paling dramatis yang pernah muncul dalam perdebatan soal tender layanan haji.
Berawal dari penunjukan syarikah yang jumlahnya menyusut dari delapan menjadi dua, dirinya merasa dituduh macam-macam, mulai dari “main-main” sampai “korupsi” dalam urusan kerja sama penyelenggaraan haji 2026.
“Saya dan Gus Irfan (Menhaj Mochammad Irfan Yusuf) tidak korupsi sama sekali terkait dengan syarikah,” ujar Dahnil dalam keterangan tertulis Rabu, 26 November 2025.
Dua syarikah yang dimaksud adalah Rakeen Mashariq Al Mutamayizah Company For Pilgrim Service dan Albait Guest.
BACA JUGA:PBNU Kumpulkan PWNU Hari Ini, Aroma Ribut Internal Masih Menggantung
Menurut Dahnil, sumber keributan sebenarnya sederhana saja. Ada kubu yang ia sebut sebagai “kartel haji” yang tampak kurang bahagia karena hanya dua perusahaan yang kebagian jatah kerja sama.
“Sekarang banyak yang protes, terutama, ya saya sering menyebutnya Kartel Haji segala macam. Kenapa? Karena dua saja yang kebagian, yang lain tidak,” ujarnya. Nadanya seperti orang yang sudah hafal betul skenario protes ini turun-temurun.
Namun puncak drama muncul saat Dahnil mengeluarkan jurus yang hanya muncul dalam perdebatan tingkat akhir: mubahalah. Ya, bukan audit, bukan rapat dengan BPK, tapi mubahalah. “Malah saya bilang kalau ada yang menuduh saya dan Pak Menteri (korupsi), kita bermubahalah, saya bilang. Saya tidak ikut campur, Pak Menteri tidak ikut campur, semuanya kami biarkan pada proses alamiah,” katanya.
Ia siap bertarung doa dengan siapa pun yang menuding dirinya korupsi. Jika ia yang salah, biarkan dirinya celaka. Jika penuduh yang salah, biarkan mereka yang merasakan laknatnya. Ini bukan sekadar pembelaan, ini seperti duel versi religius.
BACA JUGA:Bukan Soal Zionisme, Mahfud Bilang Ribut PBNU Gara-Gara Tambang
“Ada yang bercanda begini, kalau delapan syarikah, bagi-baginya banyak, yang menikmati banyak. Kalau dua syarikah, cuma dua itu, maka ada yang protes,” tuturnya sembari menyiratkan bahwa persoalan tender sering kali lebih mirip rebutan kursi daripada masalah prinsip.
Dahnil pun kembali menantang, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali, seperti memastikan semua orang mendengar tantangannya dengan jelas. “Kalau kami dituduh main-main, korupsi, segala macam, ayo kita bermubahalah. Saya yang tewas, saya yang menderita kalau saya korupsi, atau Anda yang menuduh yang korupsi,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa tuduhan terhadap dirinya tidak berdasar. Dan jika perlu dibuktikan lewat ritual laknat bersama, ia tidak keberatan sama sekali. Bagi Dahnil, mubahalah mungkin adalah bentuk pembuktian yang lebih cepat daripada investigasi panjang berlembar-lembar.
“Kita bermubahalah. Kalau fakta kamu itu dibayar, maka kamu akan sengsara dunia dan akhirat. Kalau tuduhan saya itu salah, saya yang sengsara dunia akhirat,” tuturnya.
BACA JUGA:Kilang Minyak Dijaga Tentara, BUMN Kini Serasa Markas Militer