BACA JUGA:Harry Kane Akui Performanya Lagi Gacor-gacornya Musim Ini, Apa Rahasianya?
“Jokowi effect akan bekerja optimal dengan sendirinya, bila Mas Wapres Gibran bisa menunjukkan kinerja yang luar biasa,” ujar Agung.
Ia menilai pengaruh Jokowi memang masih ada, tetapi tidak sekuat ketika ia masih menjabat. Apalagi sang mantan presiden belakangan terus dihantam isu mulai dari ijazah sampai polemik soal keluarga Solo. Karena itu Agung menyarankan PSI tidak menggantungkan seluruh nasib pada satu sosok saja.
“Melakukan inovasi-inovasi politik atas nama institusi kepartaian, agar ketergantungan atas nama Jokowi effect tak berlebihan,” imbuhnya.
Sementara itu, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai Jokowi justru tidak lagi menjadi magnet politik.
BACA JUGA:Rodrygo Bongkar Fakta Ruang Ganti Madrid, Ternyata Tak Seperti Rumor?
“Saat ini Jokowi hanya rakyat biasa yang setiap hari mendapat penilaian negatif dari berbagai lapisan masyarakat. Penyebabnya tentu banyak, namun salah satunya terkait dugaan ijazah palsu dan utang yang ditinggalkannya semasa menjabat,” ujar Jamiluddin.
“Dua hal itu tampaknya sangat menggeroti kepercayaan masyarakat kepada Jokowi. Saat ini kepercayaan masyarakat kepada Jokowi tampaknya sudah sampai nadir terendah,” katanya.
Ia juga menilai tanpa jabatan presiden, akses politik Jokowi sudah tidak seperti dulu. Karena itu membantu PSI justru bisa berbalik menjadi beban.
“Hal itu berpeluang terjadi karena ketidaksukaan masyarakat terhadap Jokowi sudah sangat tinggi. Akibatnya, partai yang dekat Jokowi diperkirakan akan dijauhi masyarakat. Jadi, bila Jokowi nantinya membantu PSI secara terbuka, maka pada saat itu elektoral PSI akan melorot. PSI akan dihujat masyarakat, sebagaimana masyarakat menghujat Jokowi,” ujar Jamiluddin.