Purbaya vs Mangkubumi, Suksesi Keraton Solo Mirip Episode Baru Game of Thrones

Jumat 14-11-2025,23:20 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Dalam urusan takhta Keraton Surakarta, drama keluarga ternyata bisa jauh lebih seru daripada sinetron. Setelah Pakubuwono XIII wafat pada 2 November, dua putranya langsung saling klaim kursi tertinggi, seolah suksesi kerajaan adalah lomba siapa cepat dia dapat.

Di satu sisi ada Gusti Purbaya, anak bungsu sekaligus putra tunggal dari permaisuri ketiga. Ia bergegas deklarasi sebagai SISKS Pakubuwana XIV hanya tiga hari setelah ayahnya dimakamkan. Dari sisi silsilah, Purbaya memang sudah dinobatkan sebagai putra mahkota sejak 2022, ketika usianya baru 21 tahun.

Di sisi lain berdiri Mangkubumi, putra tertua dari istri kedua PB XIII, yang tiba-tiba dinobatkan sebagai Pangeran Pati lewat rapat keluarga besar keraton pada Kamis. Dalam rapat di Sasana Handrawina itu, kerabat, sentana, dan paguyuban hadir menyaksikan gelar baru untuk Mangkubumi. 

Menurut salah satu kerabat, Gusti Nenok, penobatannya berlangsung di tengah rapat yang awalnya hanya dijadwalkan untuk musyawarah biasa. “Pada saat itu ada pelantikan. Pelantikan putranya Pakubuwana XIII yaitu Gusti Mangkubumi sebagai Pangeran Pati atau calon raja,” kata Nenok.

BACA JUGA:Ramai-Ramai Tolak Soeharto Jadi Pahlawan, Bahlil Bilang yang Sempurna Cuma Tuhan

Namun panasnya suasana tak bisa dihindari. Kakak Mangkubumi dari kubu Purbaya, GKR Timoer Rumbay, langsung menyerbu ruangan dan memprotes penobatan tersebut. Ia menilai Mangkubumi telah berkhianat pada kesepakatan keluarga inti PB XIII dan menuding rapat ini tidak memenuhi syarat.

“Saya cuman sedih saja, Gusti Mangkubumi bisa berkhianat dengan kami putra-putri, kakak-kakak dan adik-adiknya. Itu saja yang saya sesalkan,” katanya.

Timoer menambahkan bahwa rapat itu nyaris tak dihadiri keluarga inti PB XIII. “Putra-putri Pakubuwana XIII tidak ada yang hadir kecuali Mangkubumi,” ujarnya. Menurutnya, hanya sebagian kecil kerabat tua yang hadir, sehingga keabsahan keputusan itu patut dipertanyakan.

Sementara itu, Purbaya tak tergoyahkan. Ia tetap akan menjalani Jumenengan Dalem Binayangkare Pakubuwana XIV pada Sabtu esok. Istilahnya, apapun yang terjadi, pelantikan harus jalan terus.

BACA JUGA:Ribka Tantang Pemerintah: Kalau Soeharto Pahlawan, Korban Siap Antre di Pengadilan

Di tengah kekacauan, muncul Tedjowulan, adik almarhum PB XIII dan Raja ad interim. Ia mengaku dijebak dalam rapat tersebut. Menurutnya, rapat itu hanya dimaksudkan untuk menahan diri selama masa berkabung, bukan menobatkan calon raja baru. “Saya mboten nate diajak rembukan pengukuhan dan sebagainya,” katanya.

Namun tiba-tiba peserta rapat meminta dirinya menjadi saksi penobatan Mangkubumi. Tedjowulan mengaku tak punya banyak pilihan ketika didesak di depan banyak orang. “Yo saya ini kan wong tuwek, disungkemi, disuwuni pangestu, ya sudah saya pengestoni saja,” ujarnya. 

Ia tetap menegaskan bahwa ia sama sekali tidak tahu adanya agenda tambahan itu. “Kalau bahasa Inggrisnya di-fait accompli mungkin,” katanya.

Suksesi Keraton Surakarta akhirnya kembali menjadi gambaran klasik pertarungan dua kubu, dua tafsir adat, dan dua ambisi yang sama-sama yakin diri paling sah. Siapa raja yang benar, tampaknya baru akan terjawab ketika asap politik keraton benar-benar mereda.

Kategori :