POSTINGNEWS.ID – Wakil Menteri P2MI Christina Aryani menegaskan bahwa penguatan vokasi langsung berdampak pada percepatan penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) ke luar negeri.
Ia menyebut pertemuan yang dipimpin Menko PMK menjadi momentum penting untuk menyatukan suplai tenaga kerja dari SMK dengan kebutuhan pasar global.
“Selama ini kami melakukan sendiri untuk mengidentifikasikan di mana suplai-suplainya,” kata Christina.
Dengan integrasi vokasi, SMK kini akan menjadi lumbung utama tenaga kerja terampil yang siap ditempatkan ke negara tujuan.
BACA JUGA:MK Tutup Jalur Ninja Polisi ke Jabatan Sipil, Sekarang Harus Copot Seragam Dulu
Ia mengaku terbantu dengan langkah pemerintah yang mulai memperkuat kompetensi sekolah vokasi.
Menurut Christina, penguatan kurikulum dan kemampuan bahasa menjadi faktor utama agar lulusan SMK dapat segera disalurkan.
“Kami akan membantu dengan mempersiapkan kompetensi apa yang dibutuhkan, kurikulum seperti apa yang ideal, bahasa apa yang perlu,” ujarnya.
BACA JUGA:Kader Gerindra Ramai-Ramai Menolak Budi Arie, Dasco Masa Bodoh
Pemerintah menargetkan penempatan 500 ribu PMI ke luar negeri pada 2026. Christina menjelaskan pembagian suplai pekerja dirancang untuk memenuhi target minimal yang diminta Presiden. “Ada pun sumber dari 500 ribu itu akan dibagi dua, 300 ribu merupakan lulusan SMK,” katanya.
Program ini diberi nama SMK Go Global, sebuah skema di bawah koordinasi Menko Pemberdayaan Masyarakat yang mendorong lulusan SMK untuk naik kelas dan siap mengisi pasar kerja internasional.
Mereka hanya perlu peningkatan kompetensi teknis dan bahasa sebelum diberangkatkan.
BACA JUGA:Belum Ada Raja Baru, Keraton Solo Jadi Ajang Klaim Takhta Dua Bersaudara
Sementara 200 ribu PMI lainnya berasal dari masyarakat umum atau siswa SMK yang masih menempuh pendidikan.
Mereka akan mendapatkan desain kurikulum khusus agar ketika lulus sudah memenuhi standar kebutuhan negara tujuan migran.