Belum Ada Raja Baru, Keraton Solo Jadi Ajang Klaim Takhta Dua Bersaudara

Jumat 14-11-2025,12:48 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id – Drama suksesi Keraton Solo kembali memanas, ibarat sinetron panjang yang tak kunjung tamat. Sejak Pakubuwono XIII wafat pada 2 November 2025, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bergerak mencari raja baru. Namun bukannya satu nama muncul sebagai penerus, justru dua putra mendiang raja yang sama-sama mengangkat tangan dan berkata akulah yang berhak.

Di satu sisi ada Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi, putra tertua. Di sisi lain berdiri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamengkunegoro Sudibyo atau Gusti Purboyo, sang bungsu. Keduanya kini berada dalam posisi yang, kalau diibaratkan, sama-sama menghadap kursi kosong sambil memegang manual book warisan Keraton.

Gusti Purboyo menjadi yang pertama mendeklarasikan diri. Saat melepas jenazah ayahnya pada Rabu 5 November 2025, ia membacakan ikrar sanggup meneruskan takhta Keraton Kasunanan Surakarta. Ikrar itu disampaikan di hadapan keluarga besar Keraton, abdi dalem, senanta, hingga masyarakat yang memenuhi Sasana Sewaka.

Putri sulung mendiang raja, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, buru-buru menegaskan bahwa langkah adiknya itu bukan tindakan kudeta budaya. Ia menyebutnya sebagai penghormatan dan pelestarian adat. “Itu simbol kesetiaan, bukan pelanggaran adat. Justru inilah cara kami menjaga kontinuitas kepemimpinan di Keraton,” ujarnya.

BACA JUGA:Baru Jatuh ke Dasar, Citra Polri Tiba-Tiba Lompat Tinggi ke 64,4 Persen di Oktober

Namun suasana makin panas ketika pertemuan internal yang digelar pada 13 November 2025 berubah jalur. Pertemuan yang semula diniatkan sebagai forum musyawarah malah berakhir dengan pelantikan Hangabehi sebagai Pangeran Patih alias calon raja. Bukan hanya itu, putra sulung mendiang raja juga menobatkan dirinya sebagai Pakubuwono XIV.

Gusti Moeng, putri mendiang raja lainnya, langsung pasang badan. Ia mengatakan penobatan Hangabehi mendapat restu semua pihak yang hadir. Menurutnya, tidak ada skenario terselubung atau rekayasa yang diselipkan seperti episode twist dalam drama kerajaan. Hangabehi, katanya, memang putra tertua yang layak meneruskan suksesi ayahnya, apalagi mendiang raja tidak memiliki permaisuri. “Kalau tidak punya permaisuri, ya, sudah, anak laki-laki tertua. Itu sudah dijadikan acuan,” ujar Gusti Moeng.

Di tengah eskalasi dua kubu yang makin keras menyuarakan klaim masing-masing, Maha Menteri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat angkat bicara. Ia meminta semua pihak menahan diri sembari menegaskan bahwa proses komunikasi masih terus berjalan ke berbagai arah, baik internal maupun eksternal. Keraton, katanya, sedang mencari titik temu demi menentukan suksesi Pakubuwono XIII secara sah dan diterima semua pihak.

Untuk sementara, Keraton Solo tampak seperti panggung dua pangeran yang sama-sama merasa paling pantas menduduki singgasana. Bagian akhir drama ini tampaknya masih menunggu bab berikutnya.

Kategori :