JAKARTA, PostingNews.id — Isu ijazah Presiden Joko Widodo lagi-lagi bangkit dari kubur, seolah menolak mati dan terus muncul setiap beberapa tahun sekali. Kali ini, panggungnya kembali panas gara-gara Rismon yang tampil di kanal YouTube Refly Harun. Alih-alih menyampaikan kritik biasa, ia memilih jalur yang lebih dramatis, bahkan provokatif, dengan mempertanyakan keberanian seluruh bangsa.
Tanpa basa-basi, Rismon menuding bahwa Indonesia layak menyandang cap sebagai bangsa pengecut jika tidak ada yang berani melanjutkan upaya membongkar persoalan yang menurutnya krusial ini. Nada bicaranya menggelegar seperti alarm yang menantang siapa saja yang merasa peduli pada transparansi pemerintahan.
Kecemasan terbesar Rismon adalah jika perjalanan panjang membongkar isu tersebut berhenti begitu saja, apalagi bila para penggiat yang suaranya paling keras justru tumbang duluan. Bagi dia, tidak adanya penerus perjuangan hanyalah cermin bahwa bangsa ini gagal melawan rasa takutnya sendiri.
“Yang paling menyedihkan adalah kalau apapun yang terjadi skenario terburuk pada kami, tetapi tidak ada yang melanjutkan perjuangan ini,” ujarnya, dikutip Kamis 13 November 2025.
BACA JUGA:Tarif Asli LRT Jabodebek Tembus Rp 44 Ribu, Dompet Penumpang Bisa Pingsan
Ia menegaskan bahwa konsekuensinya tidak main-main. “Berarti negara kita layak untuk dilabel menjadi bangsa pengecut.”
Rismon lalu menembakkan tantangan terbuka kepada publik. Ia mempertanyakan alasan masyarakat yang menurutnya terlalu takut menyentuh isu sensitif soal Presiden dan kekuatan politik di sekelilingnya.
“Kok takut sih dengan Joko Widodo dan dinastinya?” tanyanya, seperti menyentil keberanian nasional yang sedang tidur siang terlalu lama.
Ajakan untuk bangkit pun dilontarkan. Ia memanggil seluruh generasi, dari yang muda hingga yang rambutnya sudah beruban, untuk tidak pasrah pada apa yang dia sebut sebagai dominasi dinasti politik.
BACA JUGA:BGN Pusing Cari Ahli Gizi untuk Dapur MBG, Padahal Dulu Mereka yang Pusing Cari Kerja
“Ayo semua anak-anak bangsa dari muda sampai tua, jangan mau kita diinjak-injak oleh dinasti Jokowi,” serunya.
Setelah menggugah perasaan publik, Rismon lalu mengarahkan sorotannya ke satu titik yang menurutnya janggal sejak lama, yakni pernyataan Jokowi soal dosen pembimbing skripsinya di Universitas Gadjah Mada. Ia menganggap inkonsistensi itu seperti puzzle yang potongannya tidak cocok satu sama lain.
Menurut Rismon, ada hanya dua alasan seseorang bisa lupa wajah dan nama dosen pembimbing skripsinya.
“Yang pertama, orang gila. Yang kedua adalah penipu,” ucapnya lugas.
BACA JUGA:48 Persen Keracunan dari MBG, PKS Minta Dapur Nakal Ditertibkan