Setara menilai, program pencegahan ekstremisme di era pemerintahan Prabowo Subianto masih lemah akibat efisiensi anggaran dan euforia “nol serangan teroris”. Padahal, peringatan dini harus terus dijaga.
“Tragedi SMA 72 Jakarta menjadi bukti bahwa ekstremisme kekerasan belum berakhir. Pencegahan harus jadi prioritas nasional, bukan sekadar respons insidental,” tegas Halili.*