Gus Ipul Minta PPATK Awasi Bansos, Takut Uang Nasi Jadi Uang Judi Slot

Jumat 31-10-2025,12:28 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id – Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul tengah wara-wiri memastikan bahwa uang negara tidak ikut “bermain” di meja judi online. Ia meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ikut memantau pergerakan dana di rekening para penerima bantuan sosial.

Tujuannya sederhana tapi dalam konteks sekarang cukup heroik, yakni agar uang bansos tidak berubah fungsi jadi modal spin di situs slot.

Kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Mas Ivan, (kepala) PPATK, untuk juga minta pemantauan kepada penerima Bansos, agar kita bisa ikut mengawasi, ikut membina, kata Gus Ipul kepada wartawan di Jakarta pada Kamis, 30 Oktober 2025.

Ia menegaskan, tugas pemerintah bukan cuma menyalurkan bantuan, tapi juga memastikan uangnya tidak belok arah ke hal-hal yang menyesatkan.

BACA JUGA:Prabowo Suruh Purbaya dan Airlangga Cari Akal Agar Utang Kereta Cepat Bisa Direm

“Kami harapkan bantuan yang diterima ini dimanfaatkan dengan baik, tidak untuk main judol atau untuk keperluan-keperluan lain yang tidak sesuai peruntukannya,” ujarnya dengan nada yang lebih seperti nasihat seorang ustaz ketimbang menteri.

Ternyata bukan tanpa alasan Gus Ipul bersikap sewaspada itu. Sebelumnya, Kementerian Sosial dan PPATK menemukan ada sekitar 600 ribu rekening penerima bansos yang terendus melakukan transaksi judi online. Angka yang bikin siapa pun geleng kepala, apalagi kalau dibayangkan uang untuk sembako malah dipakai putaran “free spin”.

Gus Ipul memastikan semua rekening yang ketahuan main di dunia gelap itu langsung dicoret dari daftar penerima. Namun, ia juga masih membuka pintu bagi mereka yang benar-benar miskin tapi khilaf digital.

“Kalau yang main judol kan sudah kita coret dulu ya. Tetapi kita beri kesempatan ya bagi mereka yang memang benar-benar butuh Bansos lewat aplikasi atau lewat jalur-jalur formal. Jadi kita beri kesempatan sekali lagi sambil kita kerjasama dengan PPATK untuk mengawasi,” katanya.

BACA JUGA:Gaji Buruh Naik Rp50 Ribu, Partai Buruh: Perusahaan Kasih Upah Seenak Udelnya

Sikapnya ini mencerminkan dilema khas pejabat sosial di era digital, antara empati dan disiplin fiskal. Di satu sisi, negara ingin membantu yang miskin. Di sisi lain, harus memastikan bantuan itu tidak ikut “bermain nasib” di dunia maya. Karena di Indonesia, rupanya bukan cuma bansos yang cepat cair, tapi juga imajinasi sebagian penerimanya soal cara cepat kaya.

Kategori :