Selain itu, kata Oke, penyebab melonjaknya harga kedelai yakni inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 7 persen, yang berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai.
Terlebih lagi, terjadi pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai juga mengakibatkan petani kedelai di Amerika Serikat menaikkan harga.
"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp 11.240 per kilogram (kg) kalau ditingkat importir dalam negeri," terangnya.
Dengan begitu, diperkirakan harga kedelai akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dollar AS per bushel.
+++++
Selanjutnya, akan terjadi penurunan pada Juli 2022 ke angka 15,74 dollar AS per bushel di tingkat importir.
"Untuk itu, kenaikan harga kedelai dunia itu akan berdampak pada kenaikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di dalam negeri," ungkapnya.
Berdasarkan data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), harga kedelai saat ini adalah Rp 10.800 - Rp 11.000 per kg.
BACA JUGA:Kritisi Kasus Desa Wadas, Rizal Ramli Langsung Soroti Gubernur Jawa Tengah: Ganjar Mana Eui?
Sementara stok kedelai di importir saat ini sekitar 140.000 ton pada Februari dan akan masuk lagi 160.000 ton.
Sehingga, pasokan kedelai diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga dua bulan ke depan.
"Pemerintah akan menjaga ketersediaan kedelai walaupun harganya tinggi," ujarnya.
Oke menyebut, kebutuhan kedelai Indonesia saat ini 80 persen dipasok dari luar negeri atau impor, karena produksi dari dalam negeri belum mencukupi.