JAKARTA, PostingNews.id – Putri Presiden ke-2 RI Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, tampak sumringah saat menanggapi kabar bahwa ayahnya diusulkan menjadi pahlawan nasional. Ia menyebut kabar itu sebagai hal yang membahagiakan dan pantas disyukuri.
“Alhamdulillah. Terima kasih, kalau terealisir itu terima kasih, alhamdulillah,” kata Titiek usai mengikuti acara pelepasliaran penyu di Pantai Saba, Gianyar, Bali, Senin 27 Oktober 2025 sore. Ia menambahkan singkat, “Harapan yang terbaik.”
Usulan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto memang tengah menjadi bahan perdebatan hangat. Sebagian pihak menilai sang mantan presiden layak dihormati karena jasanya di bidang stabilitas nasional dan pembangunan.
Namun, tidak sedikit juga yang menolak keras karena rekam jejaknya dianggap penuh noda sejarah. Selama lebih dari tiga dekade berkuasa, Soeharto dikaitkan dengan pelanggaran HAM dan praktik korupsi yang membekas hingga kini.
BACA JUGA:DPR Protes Soal Rok Pramugari Haji, Marwan Dasopang: Harusnya Syar’i Dong
Penolakan paling tegas datang dari PDIP. Ketua DPP PDIP, Ribka Tjiptaning, menilai tidak ada alasan untuk mengangkat Soeharto sebagai pahlawan. “Catatan ku sih, pahlawan apa ya? Yang hanya bisa membunuh jutaan rakyatnya yang tak bersalah. Apa pantas dikasih gelar pahlawan,” ujar Ribka kepada wartawan, Kamis 23 Oktober 2025.
Namun, Partai Golkar—partai yang pernah menjadi tulang punggung kekuasaan Orde Baru—memilih sikap sebaliknya. Sekretaris Jenderal Golkar, Muhammad Sarmuji, mengatakan perdebatan ini wajar karena setiap tokoh besar pasti memiliki sisi hitam-putih.
“Perdebatan soal pemberian gelar pahlawan kepada Pak Harto tentu wajar. Setiap tokoh besar pasti memiliki sisi yang menuai pro dan kontra,” katanya kepada wartawan, Selasa 21 Oktober 2025.
Usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto sendiri masuk dalam daftar 40 nama tokoh yang diserahkan Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul kepada Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Fadli Zon, di Jakarta Pusat pada 21 Oktober 2025.
BACA JUGA:Pemerintah Samakan Waktu Tunggu Haji 26 Tahun, Jemaah Bisa Naik Haji Sekalian Cucu
Dengan segala pro dan kontranya, nama Soeharto kembali menguji memori publik. Antara nostalgia era stabilitas dan luka sejarah yang belum sepenuhnya sembuh, wacana “Soeharto sang pahlawan” kini jadi topik panas di ruang politik dan ruang makan rakyat sekaligus.