JAKARTA, PostingNews.id – Mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya ikut buka suara di tengah panasnya isu dugaan korupsi proyek Kereta Cepat Indonesia China atau Whoosh yang kini sedang diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi.
Jokowi menegaskan, proyek yang sempat jadi simbol ambisi infrastruktur itu sejak awal tidak dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan uang, tapi keuntungan sosial yang jauh lebih besar nilainya.
Menurutnya, proyek transportasi massal seperti Whoosh tak bisa diukur dengan untung-rugi secara finansial. Yang dikejar adalah manfaat bagi publik. “Transportasi massa, transportasi umum itu tidak diukur dari laba, tetapi adalah diukur dari keuntungan sosial,” kata Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah, belum lama ini.
Jokowi menjelaskan, proyek ini lahir dari keprihatinan terhadap kemacetan parah di Jabodetabek dan Bandung yang setiap tahun menyebabkan kerugian ekonomi hingga triliunan rupiah. Karena itu, kata dia, keuntungan dari Whoosh bukan berupa angka di neraca, melainkan dampak langsung bagi masyarakat.
BACA JUGA:KPK Cium Bau Mark-up di Proyek Whoosh, KCIC: Kami Siap Diperiksa
“Misalnya pengurangan emisi karbon, produktivitas dari masyarakat menjadi lebih baik, polusi yang berkurang, waktu tempuh yang bisa lebih cepat. Di situlah keuntungan sosial yang didapatkan dari pembangunan transportasi massa,” ujarnya.
Jokowi menegaskan pemerintahannya dulu memang sengaja mengebut proyek-proyek transportasi publik—mulai dari KRL, MRT, LRT, hingga Whoosh—demi membangun kebiasaan baru warga agar beralih dari kendaraan pribadi. Ia bahkan menekankan bahwa subsidi yang digelontorkan pemerintah tidak bisa disebut kerugian.
“Sekali lagi, kalau ada subsidi itu adalah investasi bukan kerugian,” katanya menutup pernyataannya.
Ucapan Jokowi ini muncul di saat KPK sedang memeriksa dugaan penggelembungan anggaran dalam proyek Whoosh. Juru Bicara KPK Budi Prasetyo membenarkan bahwa kasus ini sudah naik ke tahap penyelidikan sejak awal tahun dan tak menutup kemungkinan sejumlah pejabat, termasuk Ketua Komite Kereta Cepat Luhut Binsar Pandjaitan, akan dipanggil.
BACA JUGA:BGN Lawan Hoaks dengan Gizi dan Uang, Konten Positif MBG Bisa Dapat Rp5 Juta
“Pihak-pihak yang dimintai keterangan siapa saja, materinya apa, memang belum bisa kami sampaikan secara rinci,” ujar Budi di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.
Kasus dugaan mark up ini pertama kali diungkap mantan Menko Polhukam Mahfud MD lewat kanal YouTube-nya. Ia menyoroti selisih biaya yang jomplang antara pembangunan di Indonesia dan China.
“Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, di China sendiri, hitungannya 17-18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat,” kata Mahfud.
Ia pun menantang agar aliran uang proyek ini diselidiki lebih jauh. “Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. 17 juta dolar AS ya, dolar Amerika nih, bukan rupiah, per kilometernya menjadi 52 juta dolar AS di Indonesia. Nah itu mark up. Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini,” ujar Mahfud.
BACA JUGA:Sahroni dan Kawan-Kawan Siap Disidang MKD DPR, Begini Penjelasan Dasco
Mahfud juga menyatakan kesiapannya jika dipanggil KPK untuk memberi keterangan tambahan soal dugaan pembengkakan anggaran yang bikin proyek Whoosh semakin panjang urusannya.