JAKARTA, PostingNews.id – Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang menggagas cara baru untuk menyalakan semangat solidaritas. Warganya diminta berdonasi Rp 1.000 per hari, tapi sifatnya sukarela. Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 149/PMD.03.04/KESRA yang diteken langsung oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Kebijakan itu menyasar semua lapisan, mulai dari aparatur sipil negara, pelajar, sampai masyarakat umum. Dedi meminta para kepala daerah dan perangkatnya ikut turun tangan memfasilitasi gerakan ini agar bisa berjalan di setiap wilayah.
Menurut Dedi, uang seribu per hari bukan sekadar angka kecil, tapi simbol gotong royong modern. “Ini menjadi wadah donasi publik resmi untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang sifatnya darurat dan mendesak,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari situs Pemprov Jawa Barat pada Senin 6 Oktober 2025.
Nantinya, donasi ini dikumpulkan lewat rekening khusus di Bank BJB. Dedi menjelaskan pengelolaan dana akan dilakukan oleh pengelola di tingkat lokal, yang bertugas menghimpun, mencatat, dan melaporkan semua aliran dana.
BACA JUGA:Luhut Angkat Jempol untuk Prabowo dan Jokowi, Katanya Pemimpin yang Guyub Itu Langka
“Dana yang terkumpul kemudian disalurkan untuk keperluan darurat di bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat,” ujar mantan Bupati Purwakarta itu.
Ia mengakui dua sektor ini masih kerap terbentur keterbatasan anggaran. Karena itu, lewat kebijakan yang diberi nama Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu, Dedi ingin membuka jalan agar warga bisa ikut menyumbang solusi.
Gerakan ini diharapkan menjadi sistem dukungan sosial baru bagi warga Jawa Barat yang sering berhadapan dengan kondisi darurat tapi sulit dijangkau bantuan formal.
Dedi optimistis, dari uang seribu sehari bisa tumbuh kekuatan besar kalau dilakukan bersama. Ia membayangkan semangat gotong royong Jawa Barat lahir kembali dalam wujud digital dan transparan. “Dengan Rereongan Sapoe Sarebu, kita wujudkan Jawa Barat istimewa,” ucapnya.
Kalimatnya memang sederhana, tapi pesannya tajam. Dedi sedang mengajak masyarakat mengubah kebiasaan kecil jadi kekuatan kolektif, mirip seperti ide tabungan sosial, hanya saja ini dikemas dengan rasa kebersamaan khas Sunda.
Jadi, kalau tiap orang mau menyisihkan receh, bukan tak mungkin Jawa Barat bisa benar-benar istimewa seperti yang diimpikannya.