BACA JUGA:MKD Kirim Surat ke Sekjen DPR, Gaji Anggota Dewan Nonaktif Harus Dihentikan
Setelah warga menyaksikan para anggota DPR berjoget di Sidang Tahunan sambil menikmati tunjangan rumah Rp50 juta dan gaji Rp3 juta per hari, mereka butuh lebih dari sekadar janji manis. Tapi Puan tampaknya paham, untuk memulihkan kepercayaan, DPR harus tampil “lebih baik dan lebih terbuka”.
“Kami akan mengevaluasi, kami berbenah diri, kami akan terus mendengar aspirasi rakyat dan semua elemen bangsa dengan lebih terbuka, lebih baik dalam membangun bangsa,” kata politisi PDIP ini.
Dalam nada rekonsiliasi, Puan juga mengajak semua pihak menjaga suhu politik tetap hangat tapi tidak mendidih. Ia berharap tidak ada lagi saling menyakiti, meski publik mungkin merasa sudah cukup sering “disakiti” oleh wakilnya sendiri.
“Marilah kita membangun bangsa ini bersama-sama. Kita berdiskusi, kita dengarkan masukan-masukan dari para tokoh bangsa. Semua harus menahan diri, dan jangan saling menyakiti. Kita saling menghormati dan saling menjaga,” kata Puan.
BACA JUGA:Golkar Buka Suara: Anggota DPR Nonaktif Tak Layak Terima Gaji, MKD Bisa Putuskan
Namun, sebagaimana protes masyarakat yang sudah membakar panggung DPR beberapa hari terakhir, kata-kata tidak lagi cukup. Saat warga negara meminta reformasi konkret, “mekanisme” DPR seringkali jadi labirin panjang yang menenggelamkan harapan.
Kini bola ada di tangan mereka. Jika janji ini hanya jadi lem perekat citra, bukan alat bedah sistem, maka gelombang kemarahan berikutnya tinggal menunggu waktu.