“Kami juga meminta agar ada permohonan maaf langsung dari Ahmad Sahroni,” katanya.
Ge juga menyoroti kebijakan tunjangan perumahan DPR, yang dinilainya tidak memiliki urgensi moral di tengah situasi ekonomi publik yang memburuk.
Fajar Try Suari F, salah satu peserta aksi, menyoroti bahwa selama ini kinerja DPR nyaris tak berdampak nyata bagi masyarakat. Padahal, dari tahun ke tahun, penghasilan para anggota DPR terus meningkat, tanpa ada transparansi yang bisa diakses publik.
“Dari dulu kami mengharapkan transparansi dan keterbukaan dari DPR. Selama ini, informasi mengenai tunjangan Dewan sangat minim,” tegas Fajar.
Di luar pagar, warga menunggu. Di dalam pagar, kekuasaan diam. Tapi diam tak akan menyelesaikan tuntutan. Aksi hari ini menjadi titik baru bahwa ketika rakyat tak didengar, mereka akan mengetuk dengan suara yang lebih keras.
Dan ketika pagar besi lebih dijaga daripada dialog, jangan salahkan bila publik bertanya siapa sebenarnya yang mereka lindungi di balik beton itu?