POSTINGNEWS.ID --- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar tengah memperkenalkan gagasan baru yang dinilai mampu membawa perubahan besar dalam pemahaman keagamaan masyarakat Indonesia.
Dalam acara 'Demi Indonesia Wujudkan Asta Cita' di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, pada hari Selasa, 26 Agustus 2025 ia menekankan pentingnya pengembangan konsep ekoteologi sebagai bentuk pembaruan dalam pengetahuan ketuhanan.
"Apa itu eko? Eko itu menyangkut masalah bumi, teologi hubungan Tuhan dengan ciptaannya. Jadi ekoteologi ini kita mencoba untuk melahirkan suatu konsep teologi baru untuk masyarakat Indonesia," jelasnya.
Menurutnya, pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab manusia terhadap alam semesta.
Ia juga mengaitkan pandangannya dengan teori sosiolog asal Jerman, Max Weber.
"Saya ingat apa yang dikatakan oleh Max Weber, ahli sosiologi agama, tidak mungkin kita bisa mengubah perilaku masyarakat tanpa merubah sistem etos, tidak mungkin bisa mengubah etos masyarakat tanpa mengubah sistem logos masyarakat itu. Karena logos adalah artikulasi dari etiologi, nggak mungkin kita bisa mengubah logos tanpa mengubah sistem teologi," sambungnya.
Menag menilai bahwa problem sosial yang muncul tidak dapat selesai hanya dengan mengobati dampak di permukaan.
"Kalau kita akan menyelesaikan persoalan dengan hanya menyelesaikan sektor ekses di etos, itu tidak akan menyelesaikan persoalan secara mendasar. Hari ini kita selesaikan satu konflik, muncul di tempat yang lain konflik baru. Kenapa? Karena sistem teologi kita saat ini terlalu maskulin." jelasnya.
BACA JUGA:Kenapa Ketika Ngantuk Bisa Bikin Nguap? Ternyata Ini Penyebabnya
Ia kemudian menekankan perlunya transformasi menuju teologi feminin, yang lebih menonjolkan sisi kelembutan, empati, dan keadilan sosial.
"Kita akan mentransformasikan sistem teologi kita ini kepada teologi yang lebih feminin. Semua agama Tuhannya adalah feminin, tidak ada agama yang Tuhannya maskulin. Semua kitab suci, kitab sucinya feminin, nggak ada kita suci maskulin, semua nabi feminin, tidak ada maskulin. Tapi anehnya, kenapa umatnya super maskulin? Semua mau dibabat, semuanya mau dihancurkan, semuanya pokoknya sangat-sangat struggle, padahal Tuhannya sangat naturing," katanya.
Ia menyebut perubahan ini sebagai tantangan besar.
"Transformasi dari teologi struggle ke teologi naturing ini adalah PR yang sangat besar yang kita akan coba kembangkan. Yang salah satu tangkainya itu adalah kurikulum cinta," sambungnya.
BACA JUGA:Ini Bahaya Kasih Makan Micin Terlalu Sering ke Anak, Bisa Rusak Sel Saraf!