JAKARTA, PostingNews.id – Di pusaran badai korupsi sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang mengguncang Kementerian Ketenagakerjaan, satu nama menyeruak, menyedot perhatian publik, dan memantik amarah: “Sultan” Kemenaker. Julukan ini tak lahir sembarangan. Bekas Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer — yang akrab disapa Noel sendirilah yang menobatkannya.
Sosok itu adalah Irvian Bobby Mahendro, pejabat eselon III, Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personel K3 di Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3.
Secara struktural, Irvian bukanlah siapa-siapa. Hanya pejabat eselon menengah dengan gelar Sarjana Teknik Mesin dan Magister Manajemen. Namun, di balik jabatannya yang tampak biasa, ia mengendalikan “kerajaan bayangan” di Kemenaker.
Menguasai peta birokrasi sertifikasi K3, Irvian tahu persis tuas mana yang harus ditekan untuk memelintir sistem menjadi ladang pemerasan. Permohonan sertifikasi bisa dipercepat, dipersulit, bahkan dihentikan, semua tergantung siapa yang membayar.
Dan KPK membongkar fakta yang lebih mencengangkan: dari total dugaan pemerasan Rp81 miliar sejak 2019, Rp69 miliar, lebih dari 85 persen, diduga mengalir dan dikendalikan langsung oleh “Sultan” Kemenaker.
Menguasai Uang, Mengendalikan Kekuasaan
Bagi KPK, Irvian bukan sekadar pelaku, melainkan bendahara utama. Dialah otak distribusi dana haram ke lingkaran konspirasi, dari staf teknis, sesama pejabat, hingga tokoh tingkat atas. Sebagian besar dana dinikmati sendiri untuk belanja mewah, hiburan eksklusif, DP rumah, hingga koleksi belasan mobil dan motor premium. Sisanya dicuci rapi lewat investasi pada tiga perusahaan jasa K3 yang terafiliasi.
Yang paling membuat publik terhenyak adalah bagaimana Irvian membalik hierarki kekuasaan di Kemenaker. Jabatan formal tak lagi relevan. Aliran uanglah yang menjadi matahari, dan Irvian lah pusat gravitasinya. Hubungannya dengan Noel adalah bukti paling telanjang. Dalam ekosistem korup ini, pejabat eselon III bisa “mengatur” mantan Wakil Menteri.
Ketua KPK Setyo Budiyanto menegaskan, gelar “sultan” lahir dari Noel sendiri. “IEG (Immanuel Ebenezer) menyebut IBM (Irvian Bobby Mahendro) sebagai ’sultan’, maksudnya orang yang banyak uang di Ditjen Binwas K3,” katanya.
Posisi Irvian sebagai patron terlihat jelas dari permintaan-permintaan Noel, antara lain renovasi rumah mewah di Cimanggis Rp3 miliar hingga sebuah motor Ducati.
“Saat minta motor, IEG ngomong ke IBM, ’Saya tahu kamu main motor besar ya. Kalau untuk saya (IEG), cocoknya motor apa’,” ujar Setyo menirukan percakapan mereka.
Permintaan Noel langsung dieksekusi. Ducati dibeli, dikirim, dan jejaknya dikaburkan dengan menyimpannya di rumah putra Noel. Inilah puncak ironi, pejabat lebih rendah justru menjadi “bank berjalan” bagi atasannya.
Keahlian Irvian bukan hanya mengatur aliran dana, tetapi juga menghilangkan jejaknya. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) terakhir pada Maret 2022 mencatat kekayaan Irvian hanya Rp3,9 miliar. Jauh dari temuan KPK, di mana Rp69 miliar dana haram terindikasi dikelola olehnya.
Deputi Penindakan KPK Asep Guntur Rahayu mengungkap trik kotor sang “sultan”. Irvian membeli rekening atas nama orang lain. Salah satunya milik seorang petani yang bahkan tak pernah mengenalnya. Seluruh dokumen, mulai dari buku tabungan hingga kartu ATM, dikuasai penuh oleh Irvian.
“Dia membeli rekening itu. Jadi, ternyata memang mungkin dalam praktiknya ada jual beli rekening,” ujar Asep.