POSTINGNEWS.ID --- Pati, Jawa Tengah, berubah jadi lautan manusia pada Rabu, 13 Agustus 2025. Puluhan ribu warga dari berbagai penjuru—mulai dari emak-emak, tukang becak, hingga pedagang pasar—tumpah ruah di depan kantor Bupati Pati. Satu suara mereka gaungkan: protes keras terhadap kebijakan Bupati Sudewo yang dianggap mencekik rakyat.
Sejak pukul 07.30 WIB, arus massa mulai mengalir ke kawasan alun-alun. Jalan di sekitar kantor bupati pun ditutup total untuk kendaraan bermotor. Rombongan warga berjalan kaki dari desa masing-masing, sementara sebagian lainnya datang bersama keluarga. Dari kerumunan itu, suara keluh kesah rakyat menggelegar.
Salah satunya datang dari Solihatin (60), warga Kecamatan Pucakwangi. Ia menempuh perjalanan dengan sepeda motor berboncengan bersama putrinya demi ikut aksi.
“Saya sengaja datang ke sini karena ingin ikut menyuarakan kekecewaan akibat pajak yang kemarin dinaikkan. Meskipun sudah dibatalkan dan bilang yang telanjur membayar akan dikembalikan, sampai sekarang belum ada kejelasan,” ujarnya.
BACA JUGA:Kucing Lokal Ternyata Simbol Kekayaan Genetik Indonesia, Begini Kata Dokter Hewan
BACA JUGA:Segini Harga Apple iPhone 17 Pro Max, Segera Meluncur September 2025 ini
Solihatin, seorang ibu rumah tangga, juga menuding Sudewo bersikap arogan. “Sebagai pemimpin, Sudewo seharusnya bisa mendengar masukan dari rakyat,” tegasnya.
Nada serupa disuarakan Bandi (70), tukang becak dari Kecamatan Pati. Ia rela tidak menarik becak demi berdiri di barisan massa. Kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen membuatnya terhimpit.
"Biasanya saya bayar pajak Rp250.000 per tahun, sekarang harus Rp950.000. Kebijakan itu sangat memberatkan rakyat. Sekarang ini cari uang sulit, malah pajak dinaikkan. Dalam kondisi seperti ini, seharusnya malah menurunkan, bukan menaikkan,” katanya.
Tak berhenti di situ, Bandi juga menyoroti rencana penarikan pajak bagi pedagang yang sempat digaungkan Sudewo. Walau akhirnya dibatalkan, kebijakan itu sudah telanjur membuat keresahan meluas, termasuk di kalangan kerabatnya yang berjualan di pasar.
BACA JUGA:CPNS 2025 Sekolah Kedinasan Dimulai, Ombudsman dan Pakar Ingatkan Potensi Kecurangan
BACA JUGA:Tom Lembong Bongkar Audit Gula BPKP yang Dinilai Kacau dan Sarat Politik
Dari Pasar Yai, Kecamatan Pati, sekitar 230 pedagang turun tangan memprotes rencana penggusuran pasar mereka yang akan diubah menjadi bundaran.
“Sudewo ini tidak menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi malah membuat pengangguran. Pokoknya kami ingin agar Pasar Yai tetap dipertahankan,” seru Wawan, Koordinator Pedagang Pasar Yai.
Hingga pukul 10.45 WIB, massa aksi tak bergeming. Mereka menunggu Sudewo keluar menemui rakyatnya. Namun, pintu kekuasaan seolah terkunci rapat.