Bahkan, ia mengutip riset dari Stanford University yang menyatakan bahwa dukungan sosial lebih penting bagi kebahagiaan lansia dibanding harta atau jabatan.
Lebih jauh lagi, ia mengangkat konsep epigenetik—yakni ekspresi gen yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti stres, makanan, dan gaya hidup.
Salah satu contohnya adalah konsumsi polifenol dari tumbuhan yang mengalami stres alamiah, yang ternyata dapat memberikan efek positif pada ketahanan tubuh.
BACA JUGA:Tok! Jakarta Jadi Tuan Rumah Rakornas KPI dan Hasiarnas 2025
Menutup perbincangan, Dr Berry menekankan pentingnya menjaga tiga pilar utama yang ditemukan dalam masyarakat blue zone: membatasi asupan kalori, aktif secara fisik, dan hidup dalam lingkungan sosial yang suportif.
“Stres yang sesekali, seperti saat berpuasa atau berolahraga, justru bisa membantu umur panjang, asalkan tidak berkepanjangan,” ujarnya.
Kesimpulannya, meski tinggi badan bisa berkaitan dengan aspek biologis tertentu, umur panjang tidak bisa disederhanakan hanya dari ukuran tubuh.
Interaksi kompleks antara genetik (nature) dan lingkungan serta gaya hidup (nurture) adalah kunci utama.
Jadi, kalau kamu bertubuh pendek—jangan minder dulu. Bisa jadi, kamu justru punya peluang lebih panjang umur asal gaya hidupmu mendukung!