Menurut laporan yang diterima, kondisi di dalam program tersebut memang dinilai cukup berat dan menekan, baik secara fisik maupun mental.
Pengakuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa perundungan atau tekanan dalam program pendidikan ini bukanlah masalah baru, melainkan sudah berlangsung cukup lama dan dirasakan oleh lebih dari satu peserta.
“Malam, Pak.. Izin memberi masukan. Beban kerja PPDS Anestesi di RS Kariadi terlalu berat.Jam kerja "normal" tanpa giliran jaga adalah: ~ 18 jam/hari* Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnva sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS," tulisan salah satu mahasiwa kepada akun X @bambangsuling11.
BACA JUGA:Viral Akad Nikah Jadi Tangis Lantaran Ibunda Meninggal Dunia Saat Sang Anak Ijab Kabul
“Ini berlangsung terus menerus selama 5 tahun. Jika dapat giliran minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yang terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya,” sambung mahasiswa tersebut.
“Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Semua beban kerja bius pasien dilakukan PPDS. Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, bahkan dianggap sebagai keunggulan UNDIP dibandingkan kampus lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas,” jelasnya.