JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - BMKG mencatat fenomena alam yang menggemparkan di wilayah Jabodetabek, dengan presisi hujan mencapai ketinggian yang melampaui ambang batas 100 mm.
Masyarakat disuguhi tontonan alam yang luar biasa ini, sementara BMKG memperingatkan bahwa derasnya curah hujan ini berpotensi berlanjut hingga akhir bulan Mei.
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG menyampaikan data dengan rinci menunjukkan bahwa kejadian ini tidak hanya sekedar hujan tapi hujan dengan intensitas luar biasa.
BACA JUGA:Jangan Sampai Telat! Segera Ganti Oli Mobil Kamu Ketika 3 Tanda Ini Muncul
Dari wilayah Kemang di Bogor yang tercatat 155 mm, hingga Bogor Barat dengan 146.6 mm, Dramaga 123.8 mm, Leuwiliang 118.2 mm, dan Cisarua 108.0 mm, hujan ini bukan hanya mencuci bumi dengan air tapi juga mencuci pikiran dengan kekaguman akan kekuatan alam yang mempesona.
Menurut Guswanto, penyebab terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi adalah disebabkan oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang terlokalisasi di kuadran 3, yang mencakup Samudra Hindia.
Selain itu, gelombang Rossby Equatorial yang aktif di sekitar Samudra Hindia Barat, terutama di perairan barat Sumatra dan pesisir selatan Banten serta Jawa Barat, juga berperan dalam memperkuat fenomena ini.
Kehadiran kedua fenomena ini secara bersama-sama menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas yang signifikan di wilayah tersebut.
10 Cara Menjaga Daya Tahan Tubuh Agar Tidak Gampang Sakit Saat Musim Hujan!-Ilustrasi-pixabay
"Faktor pemicu hujan dengan intensitas tinggi tersebut yaitu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang berada di kuadran 3 (Samudra Hindia), aktifnya gelombang Rossby Equatorial di sekitar Samudra Hindia Barat Sumatra perairan barat dan pesisir selatan Banten dan Jawa Barat," ucapnya pada hari Sabtu, 25 Mei 2024.
Menurut Guswanto, dia tidak hanya menyoroti aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Equatorial sebagai faktor pemicu hujan intensitas tinggi di wilayah tersebut, tetapi juga menekankan beberapa faktor lain yang turut berperan.
Dia menyoroti pola pertemuan angin di wilayah Sumatra bagian selatan hingga Samudera Hindia, serta suhu muka laut yang cenderung hangat di perairan sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa.
Selain itu, dia juga menunjuk pada labilitas atmosfer yang tinggi, yang memperkuat potensi hujan.
BACA JUGA:Mau Kesehatan Mental Terus Meningkat? Pakar Sarankan Lakukan Kegiatan Ini Setiap Hari
Guswanto juga menambahkan bahwa adveksi dingin dari selatan Jawa turut berperan dalam menciptakan kondisi yang mendukung hujan.