BACA JUGA:Terbaru! Kini Spotify Uji Coba Hapus Fitur Lirik untuk Pengguna Gratis
Dengan nada yang kokoh dan penuh semangat, lagu ini memuji Kartini sebagai sosok mulia dengan cita-cita besar bagi Indonesia. Ia dikenang sebagai putri yang berjasa bagi negeri:
"Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri jauh hari
Putri yang berjasa
Se-Indonesia"
BACA JUGA:Kok Bisa Lolos? Kartun Johny Johny Diduga Mengandung Konten LGBT, liriknya Menjadi Kontroversi
Menurut buku "W.R. Supratman: Guru Bangsa Indonesia" oleh Lilis Nikhwan, latar belakang sejarah di balik lagu 'Ibu Kita Kartini' juga terungkap.
Lagu ini tercipta saat Kongres Wanita Indonesia I di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. Perjuangan Kartini, terutama tulisan-tulisannya dalam buku "Door Duisternis tot Licht" yang disunting oleh J.H Abendanon, menarik perhatian pada acara tersebut.
Buku tersebut, awalnya diterbitkan dalam Bahasa Belanda pada tahun 1911, membuat akses sulit bagi warga pribumi untuk membacanya. Namun, setahun kemudian, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran". Hal ini membuka mata banyak individu, termasuk WR Supratman.
Dari situlah WR Supratman terinspirasi untuk menciptakan lagu 'Ibu Kita Kartini', mengabadikan semangat dan dedikasi Kartini melalui lirik yang menyentuh hati. Dengan periode yang penuh pengharapan, lagu ini menjadi monumen audio yang tak ternilai bagi perjuangan wanita Indonesia.