Erick menjelaskan bahwa ia memprioritaskan brand lokal untuk menjadi tender jersey timnas sebagai dukungan PSSI terhadap produk lokal.
Dan Erigo keluar sebagai brand lokal dengan penawaran terbaik untuk menjadi tender jersey timnas Indonesia, sehingga PSSI memutuskan untuk bekerja sama dengan Erigo.
"Kami buka secara transparan siapa yang terbaik. Memang saya ada preference. Saya mau local brand, kami upayakan local brand. Ya ngga ada salahnya dong kalau saya berpihak dengan local brand. Tapi bukan berarti prejudice, dengan tentu seperti grup besar kalau mereka sendiri ikut bidding dan angkanya bagus. Ternyata setelah dalam waktu tender, ya memang Erigo yang terbaik penawaran secara komersial," sambung Erick.
Selain itu, Erick juga mengatakan bahwa ada tiga poin penting yang membuat Erspo menjadi pilihan terbaik untuk menjadi tender jersey Timnas Indonesia, dan salah satu di antaranya adalah royalti fee yang cukup menonjol.
BACA JUGA:PermataBank Lakukan Analisis Makroekonomi, Mencakup Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2024
Hal ini menegaskan bahwa royalti yang ditawarkan oleh Erspo memiliki nilai yang signifikan dan menjadi faktor penting dalam keputusan untuk memilih Erspo sebagai pemasok resmi jersey Timnas Indonesia.
Royalti fee yang menonjol ini dapat memberikan manfaat finansial yang besar bagi PSSI yang nantinya dapat digunakan untuk mendukung berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sepakbola di Indonesia.
Dengan adanya pendapatan tambahan dari royalti, PSSI dapat memiliki sumber dana yang lebih besar untuk mengembangkan infrastruktur sepakbola, mendukung pembinaan pemain muda, sehingga bisa memperkuat posisi timnas Indonesia di kancah internasional.
"Ada tiga hal yang ditawarkan menarik. Satu cash, yaitu nilai uangnya 4-8 miliar. Nilai yang sebelum-sebelumnya tidak setinggi itu," jelas Erick
BACA JUGA:Dinamika dan Potensi Masa Depan Industri Kecantikan Halal di Indonesia
"Lalu ada in kind, atau penyiapan seluruh yang dibutuhkan misalnya Timnas main atau segalanya. Itu nilainya 19-21 miliar. Karena memang kebetulan, kita sekarang Tim Nasional U-17 training center, U-20 training center, yang wanita training center, semua benar-benar masif. Kami benar-benar membutuhkan suplai yang dibutuhkan." katanya.
"Yang menarik juga kami ada royalti fee atau bagi hasil, kami mendapatkan tujuh persen. Selama ini kami belum pernah, selama ini belum pernah. Setelah itu kita lihat kembali kami coba bicara, apa sih nanti dari sistem jersey, baju, dsb, kami lihat mereka memang ada keseriusan supaya sesuai dengan standar yang waktu itu komit dengan kami. Ketika ada interaksi di awal, 'oo baju latihannya kurang menyerap kan langsung diganti sesuai distandarkan. Kalau baju pemain saya rasa tidak ada yang komplain, bajunya itu benar-benar meresap. Kalau dinamika desain, ya kembali desain itu kan taste-nya saya, taste-nya mereka, taste yang di sana di sini, kan berbeda. Kalau saya melihatnya kesempatan pada local brand, secara komersial oke, dan juga secara kualitas sesuai dengan yang kita harapkan. Perbaikan perlu, itu yang kami lakukan." lanjut Erick.