JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Partai Demokrat merasa sangat kecewa dan marah terhadap keputusan Anies Baswedan, Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yang setuju untuk berpasangan dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dalam Pilpres 2024.
Mereka melihat tindakan Anies ini sebagai bentuk pengkhianatan yang besar.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, menyatakan bahwa serangkaian peristiwa ini merupakan pengkhianatan terhadap semangat perubahan yang telah dicanangkan sebelumnya.
Mereka juga merasa bahwa Anies telah melanggar Piagam Koalisi yang sudah disepakati oleh tiga partai koalisi.
BACA JUGA:Cek Promo Burger King Spesial September Ceria, Makan Asyik Mulai Rp9.999 Doang Tiap Menu!
Demokrat merasa sangat kecewa karena Anies sebelumnya telah diberikan mandat untuk memimpin Koalisi Perubahan, tetapi keputusannya untuk berpasangan dengan Cak Imin dianggap sebagai pengkhianatan terhadap kesepakatan tersebut.
Sementara itu, Anggota Tim 8 KPP, Sudirman Said, akhirnya memberikan tanggapannya terkait keputusan Anies yang berpindah dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Cak Imin.
Sudirman Said mengungkapkan bahwa pembahasan mengenai calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies sempat mengalami kebuntuan, sehingga belum ada keputusan yang diambil.
BACA JUGA:Resmi! Harga Rumah Subsidi Naik Pada Tahun 2024, Termahal di Daerah Ini
Sudirman menjelaskan bahwa perbedaan pandangan di antara partai-partai koalisi ini belum menemukan titik temu, sehingga proses penentuan cawapres tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Meskipun Anies sempat memiliki satu nama kandidat cawapres, yaitu AHY, namun belum ada kesepakatan di antara tiga partai koalisi.
Beberapa pihak ingin segera mengumumkan nama cawapres, sementara yang lain berpendapat bahwa keputusan ini tidak perlu diambil terlalu tergesa-gesa.
BACA JUGA:Resmi! Harga Rumah Subsidi Naik Pada Tahun 2024, Termahal di Daerah Ini
Setelah melalui berbagai tahap penjajakan, pembahasan, dan eliminasi, baru terungkap bahwa nama yang tersedia dan bersedia untuk menjadi cawapres adalah Agus Harimurti Yudhoyono.
Namun, karena belum ada kesepakatan antara tiga partai koalisi, maka proses penentuan cawapres masih dalam situasi yang tidak pasti.