JAKARTA, POSTINGNEWS.ID – Kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI) saat ini sudah hampir terdapat pada aplikasi-aplikasi canggih.
Namun dampak yang ditimbulkan karena adanya AI masih terus diperdebatkan oleh para ilmuwan di dunia.
Terdapat dua kubu ilmuwan di dunia dengan pandangan yang berbeda terhadap AI. Hal tersebut dijelaskan oleh profesor pakar Al dari Universitas Chukyo Jepang, Pitoyo Hartono.
Selama 3-4 bulan belakangan, para ilmuwan berseteru terkait Al seperti ChatGPT. Ilmuwan Geoffrey Hinton dari Universitas Toronto dan Yoshua Bengio dari Universitas Montreal, menganggap Al sebagai ancaman, yakni dapat melebihi kecerdasan manusia.
BACA JUGA:Siaga Perang Nuklir, AS Kerahkan Pesawat Siluman ke Inggris
Adapun anggapan Yann Lecun dari Universitas New York bahwa Al bukanlah merupakan ancaman.
“Jadi mereka yang sebelumnya bekerjasama secara erat skrng agak terpisah, ada dua kubuh dalam AI,” ujarnya
“Lalu, seperti biasa Jepang selalu berdiri di posisi yang netral,” imbuhnya
Diaspora yang sudah 35 hidup di Jepang itu melihat adanya kubu atau beda pendapat dalam dunia sains merupakan hal yang biasa.
BACA JUGA:iPhone 15 Segera Diluncurkan dengan Teknologi Terbaru, Berikut Spek dan Fitur Terbarunya
Di satu sisi, ia memang melihat ada ancaman yang muncul dari AI. Tapi solusinya bukan menghentikan penelitian terkait AI.
Di satu sisi, ia memang melihat ada ancaman yang muncul dari AI. Tapi solusinya bukan menghentikan penelitian terkait AI.
Diperlukan regulasi baru untuk mengatur teknologi ini, serta dialog antar kubu untuk mencari jalan tengah.
“Saya melihat ai ini, ada ancaman yg muncul dari Ai, tp solusinya bukan kita melakukan moratorium dengan menghentikan penelitian AI gitu, itu ngga menyelesaikan masalah,”