JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Sebuah video yang menampilkan dua angin puting beliung berukuran besar di Danau Toba, Kabupaten Balige, Sumatera Utara, telah menjadi viral di media sosial.
Fenomena alam ini menarik perhatian warga dan menjadi tontonan menarik. Namun, apa pendapat para pakar tentang fenomena yang mengejutkan tersebut?
Video yang beredar menunjukkan momen dua angin puting beliung raksasa diabadikan oleh sejumlah warga melalui kamera ponsel. Kejadian tersebut terjadi pada Minggu, 13 Agustus sore.
Dalam mengomentari fenomena ini, Koordinator Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Eridawati, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut sebenarnya adalah waterspout. Meskipun fenomena ini terlihat serupa dengan angin puting beliung, waterspout terjadi di atas permukaan air yang luas.
Eridawati menjelaskan, "Ketika terjadi di perairan, disebut waterspout, sedangkan jika terjadi di darat disebut angin puting beliung. Ini adalah fenomena yang sering terjadi di wilayah Indonesia."
Menurut Eridawati, waterspout terbentuk dari sistem awan cumulonimbus (CB). Namun, tidak semua awan CB dapat menyebabkan terjadinya waterspout. Keberadaan awan CB juga dapat mengindikasikan adanya potensi hujan lebat, kilat, petir, dan angin kencang.
"Umumnya, waterspout tidak berbahaya karena intensitasnya lemah, terjadi dalam waktu singkat, sekitar 5-10 menit, dan hanya melibatkan wilayah yang relatif sempit," jelasnya.
Eridawati menyatakan bahwa fenomena waterspout ini umumnya terjadi di musim peralihan. Namun, ia juga menegaskan bahwa waterspout dapat menimbulkan dampak signifikan jika disertai dengan angin kencang dan hujan deras. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjauhi pusaran angin waterspout jika terjadi di sekitar mereka.
BACA JUGA:Sederet Penyebab Kamu Bisa Gagal Tes CPNS, Kalau Bisa Hindari Ya
Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa waterspout hanya terjadi ketika angin memiliki kontak dengan permukaan air. Fenomena ini terbatas pada wilayah di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan sejenisnya.
Sementara itu, puting beliung memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala F-2 (Skala Fujita-2). Erma menjelaskan bahwa ciri khas visual waterspout adalah bentuknya yang menyerupai belalai atau corong pipa panjang, dan biasanya terlihat turun dari awan jenis cumulus congetus atau cumulonimbus.
Erma menekankan bahwa meskipun waterspout biasanya tidak berbahaya, dapat menimbulkan dampak signifikan jika disertai dengan angin kencang dan hujan deras. Kelembaban atau uap air dari permukaan air memiliki karakteristik khas, yang berarti waterspout yang pernah terjadi di suatu area berpotensi terjadi lagi di wilayah tersebut.
Fenomena waterspout telah terjadi selama berabad-abad, meskipun penelitiannya baru-baru ini terungkap. Seiring waktu, catatan mengenai waterspout telah terdokumentasi, dan meskipun terkadang dapat menciptakan kerusakan, dampaknya cenderung lebih terbatas daripada angin puting beliung.