JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir balik kritik yang dilontarkan oleh Faisal Basri, ekonom senior dari lembaga Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengenai kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia.
Faisal Basri menyebut kebijakan ini hanya menguntungkan Cina dengan persentase keuntungan mencapai 90 persen.
Namun, Presiden Jokowi menilai logika yang digunakan oleh Faisal Basri tidak benar.
Menurutnya, Indonesia mendapatkan banyak keuntungan dari kebijakan hilirisasi tersebut.
"Hitungan dia gimana?" sindir Jokowi, hari ini (10/8).
Jokowi mengutip data yang menunjukkan lonjakan tajam dalam nilai ekspor, dari Rp 17 triliun menjadi Rp 510 triliun.
Presiden Jokowi juga menyoroti kontribusi ekonomi dalam hal pajak.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah akan memperoleh pendapatan dari berbagai jenis pajak, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) badan, PPh karyawan, PPh perusahaan, royalti, dan bea ekspor, yang jumlahnya jauh lebih besar daripada proyek hilirisasi itu sendiri.
Jokowi mempertanyakan logika yang menganggap kebijakan ini hanya menguntungkan Cina, dan ia menegaskan bahwa kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga penting untuk dipertimbangkan.
"Kontribusi PDB turun, itu lebih gede. Logikanya gimana?" sindir Jokowi lagi.
Sebelumnya, Faisal Basri menganggap Cina akan memperoleh keuntungan besar dari hilirisasi nikel Indonesia, terutama melalui pabrik smelter nikel di Indonesia yang mengolah bijih menjadi produk akhir yang sebagian besarnya diekspor ke Cina.
Namun, Presiden Jokowi berpendapat bahwa kebijakan hilirisasi telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi Indonesia, dengan peningkatan nilai ekspor yang mencolok dan kontribusi pajak yang berpotensi lebih besar.
Kategori :