Ia pun menjelaskan jika tingkat pendapatan suatu daerah tidak linear dengan tingkat kemiskinan sebab PDRB disebut juga dengan pendekatan kesejahteraan semu.
BPS Jateng diketahui memakai "basic needs approach" atau pengeluaran masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok dalam menentukan tingkat kemiskinan suatu daerah.
Metode ini memandang dari berbagai komponen, termasuk makanan dan non makanan, seperti nasi, telur, pakaian, listrik, transportasi, dan sewa rumah.
BACA JUGA:Viral di Media Sosial! Gadis 8 Tahun di Perbatasan Amerika Serikat Memiliki 67 DNA Berbeda
Adhi menjelaskan, meski angka kemiskinan Jateng mencapai 11,25 persen atau lebih tinggi dibanding angka nasional 9,71 persen, wilayah itu bukanlah yang termiskin.
Sebab, kata Adhi, masih ada wilayah yang jauh lebih miskin dari Jateng, yakni Yogyakarta dengan jumlah warga miskin sebesar 11,9 persen.
Selain itu, Jawa Barat dan Jawa Timur apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin juga lebih tinggi dengan kisaran angka 4 jutaan, sedangkan Jateng 3,9 juta.