JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Salah satu pengacara keluarga Brigadir J, Martin Lukas Simanjuntak, membongkar adanya teror yang ia alami setelah memutuskan membela Nofriansyah Yosua Hutabarat dalam kasus pembunuhan berencana yang diotaki oleh bekas Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo.
Martin lantas membeberkan sejumlah teror yang diterimanya, seperti kedatangan mobil misterius di sekitar rumahnya, pesan WhatsApp dari kawan lama berisi peringatan untuk waspada, hingga telepon mencurigakan yang diduga ingin menyabotase.
“Hari pertama atau hari kedua tuh ada beberapa mobil ya yang menurut tangkapan CCTV saya dan diperhatikan oleh adik saya, itu pergerakannya mencurigakan. Lalu kadang-kadang ada orang telepon tapi enggak jelas ngomongnya, kayak mau mencoba menyabotase,” ungkap Martin dikutip dari YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, Selasa, 21 Februari 2023.
BACA JUGA:Anak Bungsu Sambo Rewel Terus Setelah Sang Ayah Divonis Mati, Trisha Eungelicha Matanya Ikut Sembab
“Lalu ada tiba-tiba kawan saya, udah lama enggak pernah WhatsApp tiba-tiba WhatsApp mengatakan bahwa ‘hati-hati anak masih kecil’. Ini kan jadi suatu pertanyaan besar gitu. Kok semuanya tiba-tiba gitu semenjak menangani kasus ini," lanjutnya.
Namun, Martin mengaku mencoba tak terpengaruh dengan berbagai ancaman tersebut. Hal itu karena ia memiliki prinsip untuk menyelesaikan segala sesuatu yang sudah dimulainya.
Martin lantas kembali mengingat saat dirinya pertama kali memutuskan ikut membela Brigadir J dengan menjadi salah satu pengacaranya.
“Pada saat tanggal 13 Juli (2022) itu ketika Bang Kamaruddin mengatakan kita akan bela keluarga Yosua. Kan saya udah tahu siapa ini, rumah siapa itu ya, rumahnya Bapak Ferdy Sambo, jenderal bintang 2, Kadiv Propam. Pada saat itu kita belum tahu kalau dia Kasatgasus Merah Putih karena itu dokumen rahasia," ujar Martin.
“Di situ saya nanya ‘ini beneran kita lawan dia nih, bang?’, ‘iya bener, emang kenapa?’, ‘siapa aja?’, ‘ya kita aja berdua’. Saya di situ bilang ‘yaudah iya’. Dalam hati saya udah enggak bisa tidur tuh,” sambungnya menirukan percakapan dengan Kamaruddin Simanjuntak.
Martin kemudian berdiskusi dengan istrinya untuk memastikan apakah ia harus bergabung dalam kasus tersebut atau tidak, terlebih menangani kasus pembunuhan Brigadir J dilakukan tanpa bayaran.
Selang satu hari menimbang, akhirnya sang istri mempersilakan Martin untuk mengambil kasus kematian Brigadir J itu. Ia lalu mewanti-wanti sekaligus memberikan pesan kepada istrinya perihal kemungkinan sesuatu yang buruk terjadi.
Martin meminta istrinya untuk membawa anak-anak mereka ke Perancis karena kakak kandungnya tinggal di sana. Ia juga meminta untuk menyekolahkan kedua anaknya setinggi mungkin.
“Saya bilang sama istri saya ‘yaudah intinya gini, kalau gua kenapa-napa, langsung pergi ke luar negeri, besarin anak-anak kita. Bawa anak-anak kita ke Perancis, jualin yang kita punya semua di Indonesia, sekolahin sampai tinggi, nanti kasih tahu siapa bapaknya, pulang lagi ke Indonesia, ikuti jejak bapaknya’,” pungkasnya.