JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Polemik wacanan kenaikan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) berbuntut panjang, usulan Kementerian Agama (Kemenag) itu dianggap memberatkan para jamaah haji.
DPR pun angkat bicara soal usulan kemenag tersebut, kenaikan biaya perjalanan ibadah haji (BIPH) untuk tahun 2023 sebesar Rp 69,19 juta.
Anggota Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid mengungkapkan, banyak komponen yang dengan sengaja di mark up (dilebihkan), hal ini yang menjadi salah satu penyebab biaya haji membengkak, . Contohnya gelang haji.
BACA JUGA:Skandal! Ketua DPRD Kaltim Pidanakan Perempuan 'Open BO'
Biaya yang dianggarkan oleh Kemenag adalah sebesar Rp30 ribu, sementara Wachid mengaku mendapat keterangan langsung dari para produsen gelang haji di kampung halamannya, Jepara, Jawa Tengah, bahwa biaya gelang haji hanya sebesar Rp5.000.
"Oleh Kementerian Agama gelang itu dihargai Rp30 ribu. Dari dulu sampai sekarang yang bikin gelang haji itu orang Jepara, kampung saya. Saya tanya, berapa biaya gelang haji, mereka jawab dikasih harga Rp5 ribu,” kata Wachid, Selasa (7/2).
Menurut Wachid, biaya untuk 221.000 jemaah Kemenag menganggarkan lebih dari Rp7 miliar, padahal dirinya telah mengkalkulasi biaya gelang haji itu seharusnya hanya sekitar Rp1 miliar.
Bahkan, Wachid mengaku telah menyisir berbagai komponen biaya haji tahun 2022 yang nilainya mencapai Rp98 juta. Ia menemukan banyak sekali anggar yang tidak rasional.
BACA JUGA:Berbeda Pendapat, DPR Akan Panggil BRIN dan BMKG Demi Sinkronkan Data Soal Cuaca Ekstrem
Sebagai anggota legislatif, Wachid mengaku merasa berdosa karena telah memberikan persetujuan biaya haji tahun 2022.
"Saya kecewa dengan berbagai komponen seperti pesawat, katering, hotel yang tidak sesuai. Bahkan sampai gelang haji pun saya tahu dan saya kecewa," kata Legislator Dapil Jawa Tengah ini.
Apabila komponen biaya haji dihitung secara riil, lanjut Wachid, maka besaran biayanya tidak akan lebih dari Rp80 juta.
"Jadi biaya haji keseluruhan (2022) kalau kita hitung sekitar Rp20 triliun. Nah, itu dikorupsi 5 persen saja sudah Rp1 triliun. Padahal saya hitung lebih 5 persen, bisa 10 persen. Ngeri tidak? Orang ibadah kok dikorupsi. Kalau dia tahu, agama harusnya tidak korupsi. Ini watak saya, saya tidak takut,” tegas Wachid.