JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Lupa dan tidak tahu adalah sederet jawaban yang seringkali diucapkan Putri Chandrawati pada kasus persidangannya. Memang, dalam sebuah persidangan jawaban tersebut diperbolehkan karena mengingat kondisi Putri pun sedang tidak stabil.
"Saya sebagai korban sedang dalam pikiran yang tidak stabil oleh karenanya saya lupa dan tidak tahu" Kata Putri dikutip dari Youtube Kompas TV pada acara Rosi.
Putri mengaku bahwa ia benar-benar mengalami kasus kekerasan seksual yang dilakukan almarhum Yosua di Magelang. Ia adalah korban pelecehan.
Setelah pulang dari magelang Putri baru bertemu dengan suaminya FS di kediamannya di lantai 2.
Pertama tiba Putri langsung ke ruang pribadinya yang paling privasi yang terletak di lantai 3. Kemudian ijin makan kepada suaminya yang ditemuinya di lantai 2, ruang kerja FS.
Ratna Batara Munti aktivis Jaringan Pembela Hak Perempuan Korban Kekerasan Seksual berkomentar, menolak mengakui Putri sebagai korban kekerasan seksual.
Dalam sebuah acara "saya diperk*sa aktivis perempuan bungkam" yang dibawakn Rosi di channel YouTube, ia mengatakan bahwa selama pendampingan korban kekerasan seksual tidak ada dari kasus dan pengalamannya menemukan korban pelecehan seksual yang mau bertemu dengan pelakunya.
"Putri adalah satu pengecualian karena ia adalah korban kekerasan yang mendapatkan privilege" Katanya.
Perdebatan tentang apakah akar masalah dari kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan, sudah ada sejak lama.
Satu wacana diskusi mengatakan bahwa masalah sebenarnya adalah patriarki, dan satu wacana lain mengatakan bahwa masalahnya adalah kapitalisme.
Dari sisi wacana patriarki, ini mewacanakan bahwa relasi kuasa lah yang menyebabkan banyak perempuan jadi korban kekerasan. Hal ini seturut dengan fakta sejarah yang mengatakan bahkan perempuan dahulu kala dianggap sebagai makhluk setengah manusia.
BACA JUGA:Dua Anak Venna Melinda Tolak Mentah-mentah Permintaan Maaf Ferry Irawan: Buat Apa Ngirim Video?
Dari sisi kapitalisme atau yang mewacanakan bahwa akarnya adalah struktur sosial ekonomi, menganggap bahwa perempuan adalah korban ketimpangan yang paling tersubordinat oleh karena itu biasanya kekerasan seksual terjadi hanya pada perempuan-perempuan miskin seperti pada ART/PRT (Asisten Rumah Tangga) atau perempuan yang dinikahkan orang tuanya demi drajat sosial atau perempuan-perempuan lainlain seperti yang di dalam pabrik dan lain sebagainya.