JAKARTA, PostingNews.id — Sejak Desember bergulir, sinyal politik dari tubuh Partai Golkar makin terang. Ketua Umumnya, Bahlil Lahadalia, berulang kali menegaskan satu sikap yang sama. Golkar berdiri tegak di belakang Presiden Prabowo Subianto dan tidak berniat ke mana-mana. Pernyataan itu tak hanya muncul sekali, tapi diulang dalam berbagai forum resmi partai.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, melihat pola itu sebagai upaya Bahlil untuk menegaskan loyalitas penuh Golkar kepada Prabowo. Menurut Adi, pesan tersebut sengaja dikirim berlapis agar tak menyisakan ruang tafsir.
“Bahlil ingin menunjukkan loyalitas totalnya ke Prabowo Subianto sampai kapanpun. Dalam politik, loyalitas faktor utama,” kata Adi kepada wartawan, Minggu, 21 Desember 2025.
Penegasan itu kembali menguat ketika Bahlil berbicara di Rapat Pimpinan Nasional Golkar yang digelar Sabtu 20 Desember 2025. Di hadapan elite dan kader partai, ia kembali mengunci posisi Golkar sebagai pendukung setia Prabowo. Nada yang sama sebelumnya juga muncul dalam pidato Bahlil saat peringatan Hari Ulang Tahun ke-61 Golkar pada 5 Desember 2025.
BACA JUGA:Jangan Sepelekan, Kebiasaan Makan Terlalu Kenyang Ternyata Bisa Merusak Lambung
Adi menilai, sikap Bahlil tak bisa dilepaskan dari karakter Prabowo sendiri. Presiden terpilih itu lahir dan besar dalam kultur militer yang menempatkan loyalitas sebagai nilai tertinggi. Karena itu, Bahlil disebut ingin memastikan Golkar tampil sebagai partai yang paling bisa dipercaya dalam barisan kekuasaan. Sejak awal, pesan yang ingin dibangun jelas. Golkar bukan sekadar pendukung, tapi pendamping setia.
Dalam kacamata komunikasi politik, Adi juga membaca sikap itu sebagai langkah realistis menjelang Pilpres 2029. Posisi Prabowo sebagai petahana membuat peta politik condong ke satu arah.
“Karena apapun judulnya, bicara pencalonan Pilpres 2029, Prabowo paling kuat mengingat posisinya sebagai petahana. Jangankan Golkar, rasa-rasanya figur lain pun juga sulit tandingi Prabowo di 2029,” ucap dia.
Di sisi lain, Adi menyebut pernyataan Bahlil secara tidak langsung juga mencerminkan kondisi internal Golkar. Partai berlambang pohon beringin itu dinilai belum memiliki figur yang cukup kuat untuk diusung dalam kontestasi Pilpres mendatang.
BACA JUGA:Prabowo Terlalu Kuat, Golkar Pilih Setia daripada Coba Peruntungan Baru untuk Pilpres 2029
“Tak heran jika banyak pihak yang menyebut Golkar spesialis kuat di pileg, tapi tak di pilpres. Di pilpres pun hanya wapres melalui JK. Setelah itu tak ada figur lain di pilpres,” jelas Adi.
Sikap tegas itu disuarakan Bahlil secara terbuka dalam Rapimnas Golkar di kantor DPP Golkar, Jakarta. Di forum tersebut, ia menegaskan Golkar akan setia mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sampai masa jabatan berakhir. Ia mengingatkan kader agar tak bermain dua kaki dalam urusan koalisi.
“Sebagai bagian konsekuensi daripada partai yang mengusung (Prabowo-Gibran) memperjuangkan yang masuk dalam koalisi. Kita enggak boleh masuk dalam koalisi-koalisi banci, enggak boleh,” ujar Bahlil.
Dalam pidatonya, Bahlil juga menyenggol gaya kepemimpinan Golkar di masa lalu yang dinilainya gamang menentukan arah politik. Ia menyebut dirinya tak ingin mengulang sikap maju mundur yang pernah terjadi.
“Saya enggak tahu kalau ketua umum dulu ya, yang bisa maju mundur, maju mundur. Saya ini enggak bisa karena sopir angkot itu maju saja, mundurnya enggak bisa, gitu,” lanjutnya.