Saat Pengungsi Banjir Mulai Putus Asa, Prabowo: Sabar, Kami tak Punya Tongkat Nabi Musa

Jumat 12-12-2025,17:18 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id – Presiden Prabowo Subianto datang ke tengah warga yang baru saja dihantam banjir dan longsor di Sumatera. Di hadapan para pengungsi yang menunggu kabar baik, ia memastikan negara hadir, meski mengingatkan bahwa tak semua bisa dibereskan seketika.

"Saya sudah sampaikan bahwa pasti pemerintah akan turun dan bantu. Tentunya ini adalah musibah, kami tidak punya tongkat Nabi Musa," ujar Prabowo di Takengon, Aceh Tengah, Jumat 12 Desember 2025.

Suasana pertemuan itu berlangsung terbuka. Prabowo berdiri mendengarkan keluhan warga satu per satu, sembari menegaskan bahwa pemerintah menyiapkan hunian sementara dan hunian tetap untuk mereka yang kehilangan rumah. Anggaran, kata dia, sudah disiapkan agar pemulihan berjalan bertahap.

Namun ia kembali mengingatkan bahwa prosesnya tidak bisa instan. "Butuh waktu. Jadi kami mohon kesabaran, saya tidak bisa mengerjakan semua begitu cepat. Kita sudah bekerja dengan sebaik-baiknya," kata Prabowo.

BACA JUGA:Sedih, Prabowo Datangi Takengon Aceh, Pengungsi Diminta Bertahan di Tengah Luka

Ia menutup pernyataannya dengan penegasan bahwa negara tidak akan meninggalkan rakyatnya. "Saya minta ketabahan dan kesabaran semua. Pasti kita akan bantu. Tenang saja," imbuh dia.

Di barisan depan para pengungsi, seorang perempuan bernama Raodah berdiri dan menyampaikan keluhan yang sejak lama mengganjal perut warga Aceh Tengah. Ia berbicara dengan suara bergetar, tetapi jelas, menerangkan betapa gentingnya situasi di kamp-kamp pengungsian.

"Saya Raodah, saya mewakili rakyat Aceh Tengah, mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang telah hadir di tanah tercinta ini. Kami di sini sangat membutuhkan logistik, Pak, sangat-sangat membutuhkan," ujar Raodah.

Ia menyebut warga kekurangan air bersih, listrik, dan sinyal ponsel. Apa pun yang bisa mendukung kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan mendesak. Raodah juga meminta perhatian untuk rumah-rumah yang rusak diterjang bencana.

BACA JUGA:Santer Wacana Sawit Mau Jadi Alternatif Hutan, Peneliti Langsung Tepok Jidat karena Terlalu Mengada-Ngada

"Saya harapkan kepada Bapak agar secepatnya membantu rumah-rumah saudara saya yang terkena bencana," ucapnya.

Harapannya mengalir tanpa jeda, seperti suara orang yang sudah terlalu lama menahan cemas. "Saya sangat berharap ya, Pak, ya. Saya mewakili saudara-saudara saya di Aceh Tengah, ya, Pak. Mohon secepatnya dilakukan, ya, Pak," imbuh dia.

Permintaan itu disampaikan di hadapan presiden, tapi juga seolah ditujukan kepada siapa pun yang mendengar kehidupan mereka kini terhimpit keadaan. Dari sela percakapan dan wajah-wajah yang menatap penuh harap, terasa bahwa bencana bukan hanya meruntuhkan rumah, tetapi juga rasa aman warga.

Di tengah kondisi itu, Prabowo berusaha meredakan kecemasan dengan jaminan bahwa pemerintah sedang bekerja keras memulihkan akses listrik, memperbaiki layanan darurat, dan mengatur bantuan agar tepat sasaran.

BACA JUGA:Siapa Sangka Hutan Amazon Disuburkan oleh Debu Sahara

Cerita hari itu memperlihatkan betapa rapuhnya hidup setelah bencana, tetapi juga betapa besar harapan warga pada negara. Dalam percakapan singkat antara presiden dan Raodah, tergambar jarak yang ingin dipangkas melalui kehadiran langsung. Negara datang, tetapi waktu masih menjadi lawan yang harus ditaklukkan bersama.

Kategori :