Malam Panjang di Ancol, Kyai Anwar Iskandar Kembali Dinobatkan Jadi Ketum MUI

Sabtu 22-11-2025,23:47 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Di sebuah malam Jakarta yang makin larut dan kopi panitia yang entah sudah berapa kali diseduh ulang, Musyawarah Nasional Ke-11 Majelis Ulama Indonesia akhirnya sampai pada babak yang paling ditunggu. Kursi Ketua Umum MUI lagi-lagi jadi rebutan perhatian, dan seperti biasa, jeda waktunya molor lebih panjang dari sabar jamaah antre zakat fitrah. Pada akhirnya, nama yang keluar tetaplah sosok yang sudah lama beredar di lorong-lorong organisasi.

Kyai Anwar Iskandar ditetapkan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia periode 2025 sampai 2030 dalam Munas yang digelar di Mercure Ancol, Jakarta Utara, Sabtu 22 November 2025. Ia dipilih melalui dewan formatur yang bekerja menyelesaikan susunan kepengurusan baru. Dalam sidang pleno, Sekjen MUI 2020 sampai 2025, Amirsyah Tambunan, menyampaikan keputusan itu dengan berkata “Untuk Ketua Umum, KH Anwar Iskandar”.

Pengumuman seharusnya dilakukan pukul 21.00 WIB, tetapi agenda berjalan lebih santai dari rencana hingga akhirnya baru dibacakan pukul 22.30 WIB. Kepemimpinan Anwar Iskandar pun dilanjutkan setelah ia sebelumnya menjabat Ketum MUI sejak Agustus 2023 menggantikan Miftachul Akhyar yang mundur karena menjadi Rais Aam PBNU. Sosoknya dikenal sebagai representasi dari lingkungan Nahdlatul Ulama.

Sebelum menduduki posisi pucuk, Anwar adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2020 sampai 2025. Lembaga itu dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Di NU, Anwar juga mengemban jabatan sebagai Wakil Rais Aam PBNU untuk periode 2022 sampai 2027.

BACA JUGA:KUHAP Melenceng Dari Standar HAM, Respons Pigai Malah Bikin Masyarakat Sipil Gerah

Riwayat hidupnya berangkat dari Banyuwangi. Lahir di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, pada 24 April 1950, ia merupakan putra KH Iskandar, pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum. Sejak kecil, Anwar ditempa melalui pola khas anak kiai, menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain sambil menempuh jalur pendidikan formal. Ia memulai dari madrasah di lingkungan pesantren ayahnya, lalu melanjutkan ke MTs pada 1961 dan MA beberapa tahun kemudian.

Ketika memasuki usia remaja akhir, Anwar berangkat ke Kediri pada 1967 untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo sekaligus kuliah di Perguruan Tinggi Tribakti hingga meraih gelar Sarjana Muda. Seusai studi, ia kembali berdakwah dan pada 1982 mendirikan dua yayasan pendidikan di Kediri, yaitu Assa’idiyah di Jasmaren dan Al Amin di Ngasinan. Dari lembaga inilah kemudian tumbuh pendidikan dari jenjang TK hingga SMA.

Di luar pendidikan, Anwar aktif berorganisasi sejak masa kuliah. Ia pernah memimpin PMII di Universitas Tribakti dan kemudian di tingkat pusat saat studi di IAIN Syarif Hidayatullah. Pergerakannya berlanjut ke berbagai struktur NU, mulai dari GP Ansor cabang Kediri, Rais Syuriyah NU Kediri, hingga Wakil Ketua Rais Syuriyah NU Jawa Timur.

Pada 1998, ia dipilih menjadi Ketua Dewan Syuro PKB wilayah Jawa Timur, bersamaan dengan pengangkatannya sebagai anggota MPR utusan daerah. Sepuluh tahun kemudian, Anwar dipercaya memimpin DPP PKNU, partai yang didirikan sejumlah ulama, sebelum akhirnya dibubarkan pada pertengahan Juni 2022.

BACA JUGA:Isu MBG Jadi Biang Kerok Melejitnya Harga Pangan, Amran Nyengir: Tenang, Stok Surplus

Kini, selain mengemban amanah sebagai Ketua Umum MUI untuk lima tahun ke depan, ia tetap memimpin Yayasan Pendidikan Assa’idiyah dan Al Amin yang dirintisnya sejak 1982. Dua lembaga itu menjadi ladang pengabdian yang terus berkembang dan melahirkan ribuan murid dari berbagai jenjang.

Kategori :