Ngeles Halus, PSI Sebut Kaesang Jadi Ketum Itu Kebetulan, Bukan Kelanjutan Keluarga Jokowi

Sabtu 22-11-2025,15:41 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Ketika sebagian orang masih sibuk menempelkan label “partai keluarga” pada PSI, Ahmad Ali memilih tampil di podium Rakorwil PSI Sultra dengan gaya yang cukup blak-blakan. Tanpa pemanis, ia menegaskan bahwa PSI bukanlah tempat parkir politik keluarga Presiden ke-7 Joko Widodo, sekalipun sang putra bungsu kebetulan duduk di kursi ketua umum.

Ali seperti ingin menghapus anggapan bahwa PSI didirikan untuk menjadi wadah estafet politik keluarga Jokowi. Ia mengulang berkali-kali bahwa keberadaan Kaesang di pucuk pimpinan adalah serba kebetulan, bukan titipan, bukan skenario keluarga, dan bukan pula misi pewarisan dinasti.

“Partai ini, kami, atau Pak Jokowi tidak akan dedikasikan untuk kepentingan keluarga, hanya karena kebetulan Kongres mengamanati Kaesang sebagai Ketua Umum, yang kebetulan adalah putra beliau. Tapi, selamanya ke depan tidak akan dilestarikan untuk keluarga beliau,” ujar Ali, Jumat, 21 November 2025.

Narasi itu ia sampaikan dengan gaya campuran serius dan bercanda. Ia bahkan menyentil Raji’un, Ketua DPW PSI Sultra, sebagai contoh bahwa siapa pun bisa jadi ketua umum, asal memenuhi syarat dasar yang salah satunya umur. “Bisa jadi Pak Raji’un menjadi Ketua Umum, tapi kayaknya umurnya sudah lewat,” kata Ali disambut tawa para kader.

BACA JUGA:Ini Penyebab Rais Amm PBNU Minta Gus Yahya Mundur Dari Ketum

Ali mengaku ingin memutus seluruh prasangka bahwa PSI hanya hidup karena figur Jokowi. Menurutnya, PSI ke depan harus dimiliki sepenuhnya oleh anggota. 

Itulah alasan konsep Partai Super Tbk digagas, agar struktur dan kekuasaan tidak jatuh ke satu keluarga, melainkan kepada para pemegang suara internal.

Namun di saat yang sama, Ali tidak ragu mengibarkan nama Jokowi sebagai patron politik PSI. Ia menyampaikan pembelaan panjang tentang kenapa figur presiden ke-7 itu layak dijadikan panutan bagi kadernya.

“Tidak semata-mata karena dia adalah presiden. Kalau presiden itu anaknya mantan presiden, biasa saja. Kalau gubernur itu atau bupati itu anaknya mantan gubernur, biasa saja. Tapi, Pak Jokowi ini harus menjadi patron bagi PSI, bagi anak-anak Indonesia. Karena kenapa? Beliau dari kampung, dari desa sama dengan kita yang ada di sini,” papar Ali.

BACA JUGA:PSI Bela Jokowi, Ahmad Ali: Apa Salahnya Dia Menjaga Karier Putra-putranya?

Ia mengingatkan para kader bahwa Jokowi bukan lahir dari keluarga elite. “Bukan anaknya siapa-siapa, ayahnya, neneknya Kaesang, kakeknya Kaesang, bukan darah biru di dunia politik. Bukan orang kaya, tukang kayu, tapi dia bisa membuktikan, beliau bisa membuktikan bahwa ketika rakyat memberi kepercayaan,” kata Ali.

Narasinya membawa pesan bahwa patron itu bukan soal garis keturunan, melainkan soal teladan yang bisa diikuti. Di balik semua bantahan soal dinasti, Ali tetap memasukkan Jokowi sebagai contoh ideal tentang bagaimana orang biasa bisa menembus langit politik.

Jika ada yang kebingungan dengan pesan ganda ini, sepertinya Ali memang sedang berusaha berdiri di dua panggung sekaligus. Di satu sisi, ia membantah habis-habisan anggapan bahwa PSI adalah rumah politik keluarga Jokowi. Namun di sisi lain, ia tetap mengangkat Jokowi sebagai simbol perjuangan PSI yang tidak akan digeser sampai kapan pun.

Kategori :