JAKARTA, PostingNews.id – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad dengan tegas menyatakan dukungannya untuk mengusulkan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Ia mengatakan bahwa Soeharto adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang layak mendapat penghargaan atas pengabdian dan kontribusinya baik dalam masa perjuangan kemerdekaan maupun kepemimpinan nasional.
“Kami (Muhammadiyah) mendukung Bapak Soeharto sebagai pahlawan nasional karena beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan,” ucap Dadang Kahmad, dilansir dari Antara, Kamis, 6 Oktober 2025.
Dadang juga mengatakan bahwa Soeharto ikut berjuang dalam perang gerilya dan memainkan peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yang menurutnya menjadi momentum strategis bagi pengakuan kedaulatan Indonesia di mata dunia. Memang itu sangat membanggakan, namun bisakah publik melupakan peran Soeharto dalam tragedi kelam sepanjang masa pemerintahannya?
Lebih lanjut, Dadang menambahkan bahwa Soeharto sukses menjalankan program pembangunan terencana melalui Repelita yang katanya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dan itu seakan menjadi alasan besar untuk menghargai gelar Pahlawan Nasional, tanpa melihat kenyataan bahwa pembangunan itu ada harga yang harus dibayar oleh rakyat yang dianiaya.
BACA JUGA:Genosida 1965 Disebut Tak Terbukti, Fadli Zon Bela Soeharto Mati-Matian
Keberhasilan kepemimpinan Soeharto memang tercermin dalam swasembada beras pada dekade 1980-an, program Keluarga Berencana (KB), serta stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang terjaga selama masa pemerintahannya.
Dadang mengatakan, “Ketika kita menghargai jasa kepahlawanan seseorang, jangan dilihat dari perbedaan politik atau kepentingan apapun, kecuali kepentingan bangsa dan negara, terlepas dari kekurangan dan kesalahan seseorang.”
Sementara itu, Kementerian Sosial telah mengajukan 40 nama tokoh nasional untuk dipertimbangkan menjadi pahlawan nasional pada tahun ini, dengan Soeharto termasuk di antaranya.
Nama-nama tersebut telah disaring melalui proses seleksi berlapis yang melibatkan berbagai unsur, mulai dari masyarakat hingga tim ahli tingkat pusat. Namun, kita tahu bahwa proses ini juga tidak lepas dari politisasi dan kepentingan-kepentingan yang ingin dikubur bersama dengan sejarah yang suram.