Kepolisian pun mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam berucap dan mengelola emosi.
Kejadian ini juga jadi refleksi penting tentang pentingnya kesadaran sosial dan empati antarwarga.
BACA JUGA:KDM Tantang Soal Dana Rp4,1 Triliun, Purbaya: Coba Cek, Jangan-jangan Anak Buahnya yang Ngibulin
Luka di Tubuh, Luka di Hati
Kasus A dan IS di Pandeglang bukan sekadar kisah kriminal biasa, tapi juga potret nyata rapuhnya kontrol emosi manusia.
Hanya karena satu kalimat yang salah tempat, dua keluarga kini harus menghadapi trauma panjang dan luka mendalam.
Polisi berharap kasus ini bisa diselesaikan dengan bijak, tanpa menimbulkan dendam lanjutan di antara kedua pihak.
Namun satu hal pasti — kata yang keluar dari mulut bisa lebih tajam dari pisau.
Dan sekali terucap, tak bisa ditarik kembali.