JAKARTA, PostingNews.id – Klaim Presiden Prabowo Subianto bahwa Rp10 ribu per porsi cukup untuk menyajikan menu makan bergizi gratis dengan dua lauk seperti ayam dan telur, rupanya bikin pedagang di Pasar Lembang, Tangerang, ikut berhitung.
Di atas kertas, hitungan presiden itu mungkin tampak realistis, tapi di lapangan, para pedagang justru merasakan fluktuasi harga yang bisa membuat dapur perhitungan jadi lebih panas.
Buda, pedagang ayam yang sudah bertahun-tahun berjualan di pasar itu, mengakui kalau harga ayam memang sedang merangkak naik. “Iya lagi ada kenaikan, tapi sedikit aja,” ujarnya santai, Jumat, 17 Oktober 2025. Menurutnya, harga ayam saat ini bertengger di kisaran Rp48 ribu per kilogram, setelah sebelumnya sempat naik-turun cukup tajam.
“Untuk tiga bulan terakhir ini, pernah paling tinggi harganya di Rp55 ribu, paling rendah harganya Rp45 ribu,” tambahnya.
BACA JUGA:Purbaya Siap Rogoh APBN buat Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny yang Ambruk
Namun ketika ditanya apakah kenaikan harga itu disebabkan oleh meningkatnya permintaan akibat program Makan Bergizi Gratis, Buda tak mau berspekulasi. “Aduh, kalau itu aku kurang tahu,” katanya.
Sementara di lapak seberang, Aceng, penjual telur, mengaku stoknya masih aman meski harga sedang “naik daun”. “Harga telur lagi naik daun, harganya Rp31 ribu per kilo,” ujarnya sambil menata keranjang telur.
Ia menjelaskan bahwa pergerakan harga telur sebenarnya tidak terlalu ekstrem. “Harga paling rendah itu Rp28 ribu, paling tingginya Rp31 ribu sih,” katanya.
Dari cerita dua pedagang ini, terlihat bahwa hitungan di pasar kadang tak sejalan dengan kalkulasi istana. Meski Prabowo meyakini Rp10 ribu cukup untuk menyediakan ayam dan telur dalam satu piring makan bergizi gratis, realitas harga di lapangan masih bergerak dinamis.
BACA JUGA:Dua Kilang Terbakar Politisi PKS: Pemerintah Harus Reformasi Total Sektor Migas
Bagi mereka yang setiap hari bergulat dengan timbangan dan timbangan harga, angka Rp10 ribu mungkin tidak sesederhana angka di atas kertas.
Dinamika harga ayam dan telur ini bisa jadi batu uji bagi keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis. Para pedagang seperti Buda dan Aceng memberi gambaran sederhana namun penting, di balik setiap piring makan bergizi, ada kalkulasi rumit soal harga yang bergerak, cuaca yang berubah, dan pasar yang tak pernah benar-benar bisa ditebak.