Tragedi itu memicu kemarahan nasional. Para ojol serempak mengepung Mako Brimob, dan gelombang aksi meluas ke Bandung, Makassar, Surabaya, dan kota lainnya.
Eskalasi konflik makin membara pada Jumat malam, 29 Agustus 2025. Bentrokan antara massa dan aparat pecah di mana-mana. Bahkan pada 1 September 2025, ribuan mahasiswa dari organisasi besar seperti GMNI, HMI, dan PMKRI memadati gerbang utama DPR.
Unjuk rasa itu juga didukung oleh para figur publik, seperti Andovi dan Jovial Da Lopez, Ge Pamungkas, hingga Ferry Irwandi. Meski tetap damai, aksi mereka menjadi simbol bahwa kemarahan rakyat bukan sekadar isu mahasiswa, tapi ini amarah lintas lapisan.