”Ini saatnya kita berkonsentrasi dan beri energi serta perhatian untuk konsolidasikan kemampuan dan kekuatan kita di internal partai,” katanya.
BACA JUGA:KPK Bongkar Dugaan Korupsi Haji 500 Miliar, Kuota Disulap, Duitnya Menguap
BACA JUGA:Retret Pengusaha ala Pasukan Loreng: Dari Hambalang ke Akmil, Dari Cuan ke Nasionalisme
Di sisi lain, analisis dari luar arena datang dari Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. Ia melihat langkah regenerasi ala Nasdem ini bisa jadi bumbu segar untuk peta politik nasional.
Apalagi, aturan main sekarang sudah membuka peluang lebih lebar bagi anak muda, seiring dihapusnya presidential threshold yang selama ini jadi tembok tinggi pencalonan presiden.
Namun, Adi mengingatkan jangan buru-buru mimpi terlalu manis. Mengusung calon muda itu ibarat main layangan di tengah badai—menariknya memang menantang, tapi taruhannya besar.
Logika politik praktis masih berputar pada satu pertanyaan kejam, bisa menang atau tidak? Dan mencari sosok muda yang bukan cuma keren di media sosial, tapi juga menjamin kemenangan di kotak suara, jelas bukan urusan gampang.
BACA JUGA:Drama Bendera One Piece, Pemerintah Kompak Bilang Tidak Kompak
BACA JUGA:Tampil Apik dan Konsisten, PSG Malah Ingin Gantikan Donnarumma denga Kiper ini?
”Bicara kepentingan regenerasi itu melampaui soal kalah menang. Yang paling penting dari regenerasi adalah keberlanjutan partai dengan mempersiapkan mereka untuk jangka panjang,” kata Adi.