Dr Iyep menekankan bahwa susu dari sapi yang mengalami mastitis bisa mengandung bakteri patogen berbahaya seperti Staphylococcus aureus atau Escherichia coli.
Bila susu ini tidak melalui proses pemanasan yang cukup (misalnya pada susu mentah), bakteri tersebut bisa masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti infeksi pencernaan, demam, atau bahkan penyakit serius lainnya.
“Ini bukan hanya soal kesehatan hewan, tapi juga soal keamanan pangan. Kita harus lebih kritis terhadap proses produksi susu, terutama dari peternakan rakyat yang kadang belum memiliki standar sanitasi yang memadai,” ujarnya.
BACA JUGA:5 Hari Pasca Lebaran, Beberapa Harga Bahan Pangan Mulai Turun, Termasuk Cabai Hingga Daging Sapi
Pengobatan dan Pencegahan Mastitis
Menurut Dr Iyep, mastitis bisa diobati dengan dua cara: menggunakan antibiotik atau obat alami berbahan herbal.
Namun, ia mengingatkan bahwa penggunaan antibiotik harus diawasi karena bisa meninggalkan residu dalam susu, yang berbahaya bila dikonsumsi.
Sebagai alternatif, ia menyarankan penggunaan daun sirih sebagai antiseptik alami.
“Rebusan daun sirih bisa digunakan untuk membersihkan ambing sebelum dan sesudah pemerahan. Ini juga efektif sebagai metode teat dipping,” jelasnya.
Langkah pencegahan lain yang penting adalah menjaga kebersihan kandang, melakukan pemerahan secara higienis, dan memberikan pelatihan rutin kepada peternak.
Mastitis mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, tetapi jika tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa “menyusup” ke meja makan Anda dalam bentuk susu yang tercemar.
Edukasi peternak, peningkatan sanitasi, dan kesadaran konsumen adalah kunci untuk mencegah bahaya ini sejak dari sumbernya.
Jadi, lain kali Anda menikmati segelas susu, pastikan berasal dari peternakan yang sehat dan terstandar. Kesehatan Anda bisa jadi dimulai dari puting sapi yang bersih.