“Itu dampak langsungnya bagi masyarakat soal pengangguran dan pendapatan tenaga kerja turun tajam,” sambungnya.
Diperkirakan akan ada sekitar 1,2 juta tenaga kerja yang terancam kehilangan pekerjaannya.
Bhima mendesak pemerintah agar tidak berdiam diri dan segera menyiapkan strategi diversifikasi pasar ekspor ke negara lain.
BACA JUGA:5 Film yang Cocok Ditonton Saat Galau, Awas Mewek Ya!
Ia menganjurkan agar Indonesia mulai memperluas penetrasi ke pasar intra ASEAN, negara-negara BRICS, hingga Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia Selatan.
“Salah satunya ke Intra ASEAN, kemudian lebih penetrasi lagi ke negara BRICS. Atau ke daerah lain misalnya di Timur Tengah, kemudian Amerika Latin, Asia Selatan juga. Jadi mau nggak mau memang harus terus melakukan perluasan pasar ekspor,” ucapnya.
Yose Rizal Damuri yang menjabat Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) juga menilai kebijakan tarif baru ini membawa tekanan besar bagi dunia usaha dalam negeri.
Ia mengingatkan potensi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, terutama di sektor padat karya seperti industri tekstil dan garmen.
BACA JUGA:4 Rekomendasi Game Smartphone yang Bisa Tingkatkan Mood Kamu!
“Tentunya akan ada pressure, akan ada challenge juga terhadap industri padat karya ini. Termasuk juga kemungkinan pemutusan hubungan kerja seperti misalnya industri tekstil atau garment saja itu ada sekitar 1 juta orang yang terlibat di dalamnya. Dan itu kalau misalnya ekspor yang ke Amerika Serikat akan turun tentunya akan berdampak terhadap employment di sektor ini,” kata Bhima.