BACA JUGA:Intip Yuk Keunggulan Y-Connect pada MAXi Yamaha, Mulai Navigasi Canggih Hingga Notifikasi Malfungsi!
"Ada pelajaran yang sepi banget peminatnya, gurunya jadi kekurangan jam ngajar. Tapi ada juga yang kebanjiran siswa. Ribet, deh,” katanya.
Makanya, Ignasius setuju banget kalau penjurusan dikembalikan lagi.
"Lebih gampang ngatur guru, siswa juga bisa lebih fokus belajar sesuai bidangnya,” tuturnya.
Era Kurikulum Merdeka
Sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka, sistem penjurusan di SMA yang sebelumnya membagi siswa ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa secara resmi dihapus.
Sebagai gantinya, siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai minat dan rencana karier masa depan mereka.
Sistem ini disebut-sebut lebih fleksibel dan memberi ruang personalisasi dalam proses belajar.
BACA JUGA:Terungkap! Mahasiswi UGM yang Hilang Ditemukan Meninggal di Magetan
Namun dalam praktiknya, banyak sekolah, guru, dan siswa mengaku menghadapi berbagai tantangan.
Di antaranya adalah kebingungan siswa saat memilih mata pelajaran, tidak meratanya jumlah peminat di setiap pelajaran, serta ketidaksesuaian antara pilihan mata pelajaran di SMA dan kebutuhan saat masuk perguruan tinggi.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berencana untuk menghidupkan kembali sistem penjurusan mulai tahun ajaran 2025/2026.
Tujuannya adalah agar proses belajar siswa lebih terarah, dan kesiapan mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi menjadi lebih optimal.