Berita ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat dan netizen. Banyak yang mengkritik para pembuat konten horor karena tidak mempertimbangkan dampak negatif dari video mereka terhadap pemilik properti. "Mereka harusnya lebih bertanggung jawab. Konten yang mereka buat bisa merugikan orang lain," tulis seorang pengguna Facebook.
Namun, ada juga yang membela para kreator dengan alasan kebebasan berekspresi.
BACA JUGA:Gibran Uji Coba Makan Bergizi Gratis dengan Dana Rp 14.900 per Anak
"Selama mereka tidak melanggar hukum, mereka berhak membuat konten apa pun. Mungkin pemilik rumah juga perlu melihat sisi positifnya," komentar pengguna Twitter lainnya.
Kasus rumah sulit terjual akibat konten horor di Semarang ini menjadi pelajaran penting tentang tanggung jawab dalam pembuatan konten di media sosial.
Semua pihak diharapkan lebih bijaksana dalam berkreativitas, terutama jika hal tersebut bisa berdampak negatif terhadap orang lain.
Pihak kepolisian terus melakukan investigasi, dan masyarakat menunggu hasilnya untuk melihat apakah ada tindakan hukum yang akan diambil terhadap para pembuat konten tersebut.