Para peneliti memeriksa data dari hampir 290.000 orang di Biobank Inggris selama periode sembilan tahun. Dari jumlah tersebut, 13.000 mengalami depresi.
Data tersebut mencakup informasi genetik, kesehatan, dan gaya hidup.
Para peneliti mengelompokkan peserta ke dalam tiga kategori berdasarkan berapa banyak faktor gaya hidup sehat yang dianut seseorang. Kategorinya adalah kurang baik, sedang, dan baik.
Para peneliti melaporkan bahwa orang-orang dalam kelompok menengah memiliki kemungkinan 41% lebih kecil untuk mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok tidak baik. Kelompok yang disukai memiliki kemungkinan 57% lebih kecil untuk mengalami depresi.
BACA JUGA:Diduga Depresi, Pria Paruh Baya Nekat Melompat dari Kapal KM Labobar, Maluku
Faktor risiko depresi
cara atasi depresi-Ilustrasi-Pinterest
Banyak faktor yang dapat memengaruhi risiko seseorang terkena depresi.
Faktor lingkungan, biologis, genetik, dan psikologis diyakini berperan.
Untuk menentukan hubungan antara faktor gaya hidup, risiko genetik, dan depresi yang berkembang, para peneliti memberikan skor risiko genetik kepada setiap peserta.
BACA JUGA:Diduga Depresi, Pria Paruh Baya Nekat Melompat dari Kapal KM Labobar, Maluku
Untuk menentukan skor ini, peneliti memperhitungkan varian genetik yang diketahui terkait dengan risiko depresi.
Mereka menemukan bahwa bagi peserta dengan risiko genetik tinggi, sedang, dan rendah untuk mengalami depresi, mengikuti gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko depresi.
Carla Marie Manly, PhD, seorang psikolog klinis yang berbasis di California, mengatakan temuan penelitian ini tidak mengejutkan.
“Nenek moyang kita yang tidak terlalu jauh memiliki gaya hidup yang melibatkan aktivitas fisik secara teratur, perilaku kurang gerak, banyak interaksi sosial, pola makan sehat, dan sering kali konsumsi alkohol dalam jumlah rendah hingga sedang,” katanya kepada Medical News Today. “Bahkan merokok merupakan fenomena yang relatif modern. Masuk akal jika aktivitas yang memungkinkan manusia bertahan hidup dari waktu ke waktu diperlukan untuk kesejahteraan kita secara keseluruhan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila penelitian terus menemukan bahwa penyimpangan kita terhadap kebiasaan hidup sehat yang dianut nenek moyang kita akan berdampak buruk pada kesehatan kita secara keseluruhan.”
“Meskipun kita tidak dapat mengubah faktor risiko genetik, kita dapat menerapkan gaya hidup sehat untuk meminimalkan dampak dan ekspresi faktor genetik negatif,” tambah Manly. “Saat kita menggunakan hak pilihan pribadi untuk membuat pilihan gaya hidup sehat, kita memengaruhi kesejahteraan kita dengan cara yang positif. Baik pada tingkat kognitif maupun emosional, kita memperkuat rasa kekuatan pribadi ketika kita membuat pilihan yang sehat. Dan, pada tingkat fisik, kita memperkuat rasa positif dan pemberdayaan ketika tubuh kita merasa nyaman. Melalui siklus penguatan positif ini, pilihan gaya hidup sehat dapat berdampak signifikan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi.”