Mengungkap Sejarah dan Mistis di Balik Jam Gadang Bukittinggi!

Jumat 18-08-2023,21:29 WIB
Reporter : Nur Hana Putri Nabila
Editor : Deden Rinaldi

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID -  PMayoritas masyarakat, baik di Indonesia maupun mancanegara, terutama warga Sumatera, pasti mengenal Jam Gadang Bukittinggi, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Jam Besar.

Jam Gadang menjadi simbol Kota Bukittinggi dan juga Sumatera Barat secara keseluruhan.

Saat ini, Jam Gadang telah menjadi objek wisata yang selalu ramai dikunjungi, terutama karena lokasinya yang berada di tengah kota.

Namun, terdapat fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui, yaitu bahwa Jam Gadang Bukittinggi bukan hanya sekadar struktur bangunan yang menghiasi kota, melainkan juga memiliki sejarah yang signifikan bagi bangsa ini.

BACA JUGA:Inilah Deretan Aplikasi Launcher Android Paling Keren yang Wajib Kamu Coba

Jam Gadang pertama kali dibangun antara tahun 1925 hingga 1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, seorang kontrolir atau sekretaris kota Fort de Kock (nama lama Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Jam Gadang ini sebenarnya adalah hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina.

Dalam proses pembangunannya, seorang arsitek asal Koto Gadang bernama Yazid Rajo Mangkuto menjadi pengawas, sementara pelaksana pembangunan ditangani oleh Haji Moran dengan bantuan St. Gigi Ameh.

Pembangunan Jam Gadang dimulai dengan peletakan batu pertama oleh putra pertama Rookmaker yang saat itu masih berusia enam tahun.

BACA JUGA:Mbah Moen: 'Baca Surat Ini Saat Sholat Subuh', Hidup Tak Akan Susah!

Namun, proses pembangunan terhenti karena terjadinya gempa bumi di Padang Panjang pada Juni 1926, yang mengakibatkan menara jam miring sekitar 30 derajat.

Namun, bangunan ini diperbaiki kembali untuk mengembalikan kondisinya seperti semula.

Pada Februari 1927, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk de Graeff mengunjungi pembangunan Jam Gadang selama kunjungannya ke Fort de Kock.

Sejak didirikan, Jam Gadang telah mengalami tiga kali perubahan bentuk atapnya.

Awalnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya.

Kategori :