JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Yustinus Prastowo, Juru Bicara Menteri Keuangan Sri Mulyani, angkat bicara untuk membantah klaim bahwa Indonesia merupakan negara yang gagal secara sistemik.
Hal ini merespons pernyataan Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), yang menyebut Indonesia sebagai negara gagal sistemik karena anggaran untuk bunga pinjaman lebih besar daripada anggaran kesehatan dan pendidikan.
"Indonesia masuk negara gagal sistemik," cuit Anthony di Twitter @AnthonyBudiawan, Rabu (19/7).
Menurut Prastowo, penilaian tersebut tidak berdasar dan Indonesia sebenarnya bukanlah negara yang gagal.
Ia menegaskan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah atas dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, mencapai 5 persen.
"Indonesia bukan negara gagal," sahut Prastowo.
Prastowo juga menyampaikan bahwa total anggaran untuk pendidikan dan kesehatan pada tahun 2022 mencapai Rp 649 triliun, melebihi belanja bunga sebesar Rp 386 triliun.
Ini menandakan bahwa pemerintah Indonesia tetap memberikan perhatian yang serius terhadap sektor-sektor kunci seperti pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, Prastowo menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu stabil di atas 5 persen dalam enam kuartal terakhir, menunjukkan keberhasilan dalam menjaga perekonomian yang kuat.
Ia juga menyoroti bahwa Indonesia tidak pernah gagal membayar utang sepanjang sejarahnya, yang menunjukkan keandalan dalam mengelola keuangan negara.
Pendapat Prastowo juga didukung oleh pernyataan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas berkat pertumbuhan ekonomi yang kuat pada tahun lalu.
Pendapatan per kapita Indonesia juga meningkat, mencapai USD 4.580 pada tahun 2022.
Bank Dunia juga menilai bahwa perekonomian Indonesia berada di ambang kategori pendapatan menengah atas pada tahun 2021.
Kategori :